teraju.id, Jakarta – Badan Wakaf Indonesia (BWI) optimis ekosistem wakaf bergerak semakin cepat di tahun 2023. Nilai wakaf pun diprediksi menembus angka Rp 1 triliun. Hal ini disampaikan langsung oleh Mendikbud era Presiden SBY, Prof. Dr. Muhammad Nuh, DEA di hadapan peserta Rakornas BWI bertempat di Grand Melia, Jakarta, Rabu, 7/12/22.
“Kampus ITS saja berhasil menghimpun 20-50 miliar per tahun. Bahkan tahun ini disusul IPB dengan 200 miliar,” ungkapnya seraya memuji kampus negeri tersebut bukannya berlabel kampus Islam yang disambut tepuk tangan ratusan undangan.
Menurut Nuh, kedua kampus negeri itu merupakan ekosistem perwakafan yang semakin sadar tentang manfaat wakaf yang secara agama menjamin seseorang muslim nyawanya boleh mangkat tetapi pahalanya terus terangkat bahkan meningkat. Nyawanya boleh putus tetapi pahalanya mengalir terus.
Kedua kampus negeri itu menjadi contoh, karena para dosen juga ingin berterimakasih kepada pemerintah yang telah merawat bertumbuhnya kampus sebagai kawah chandradimuka intelektualitas di Indonesia sekaligus turut berpartisipasi dalam membangun rakyat sejahtera.
Wakaf, lanjut Nuh, kini sudah bukan domain orang tua saja, tetapi juga kaum milenial. Wakaf pun bukan dominasi orang kaya saja, tetapi siapa saja. Sebab melalui skema wakaf yang terus berkembang seperti wakaf uang, siapapun bisa berwakaf, 50 rupiah, 100 rupiah, 100 ribu, satu juta, silahkan saja.
Prediksi wakaf uang menembus 1 triliun pada tahun 2023 dilatarbelakangi dengan peningkatan kualitas nadzir wakaf yang menurut Nuh adalah CEO bagi pengembangan aset wakaf yang telah 21 kali dilakukan pelatihan asesornya oleh BWI. Dan melalui data yang dimasukkan ke dalam situs online telah hampir mencapai 1 triliun. Padahal baru 333 yang lulus sebagai asesor dari 44 ribu nazir di seluruh Indonesia. Hal ini menegasikan betapa besarnya potensi wakaf di Indonesia.
Nuh yakin ekosistem perwakafan akan semakin berkembang di tahun mendatang karena BWI juga mengembangkan Indeks Wakaf Nasional di mana setiap BWI Provinsi sangat jelas harus melakukan apa. Begitupula dengan BWI kabupaten/kota. Pada parameter IWN itu seluruh aspek ditakar setiap perkembangannya. Dengan demikian tugas BWI menata-kelola sekaligus mengembangkan potensi wakaf produktif dapat ditingkatkan di seluruh Indonesia.
Wakaf uang yang terhimpun relatif besar ini diarahkan kepada Cash Wakaf Link Sukuk karena risikonya nol akibat dijamin pemerintah sedangkan return-nya sangat besar melebihi deposito sedangkan waktunya juga singkat. Dengan demikian penerima manfaat alias maukuf alaihinya juga semakin luas.
Rakornas BWI berlangsung sejak 6-8/12/22 melibatkan 34 provinsi. Kali ini BWI mengusung tema khusus percepatan ekosistem wakaf, profesionalitas nadzir. (kan)