in

Direktur Lazismu Dilantik Menag Menjadi Dirjen Haji dan Umroh

Teraju News Network, Jakarta— Keluarga besar Lembaga Zakat, Infak dan Sadakah Muhammadiyah (Lazismu) bersuka cita karena tokoh sentralnya, Prof. Hilman Latief, Ph.D hari ini, Jumat, 1/10/21 dilantik Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas sebagai Dirjen Haji dan Umroh bertempat di Auditorium HM Rasjidi Kantor Kementerian Agama Jalan MH Thamrin Jakarta.

Kepada pejabat yang dilantik, Menag Yaqut mengajak untuk meluruskan niat sebelum memangku jabatan, dan bersikap low profile. Sehingga, siapa pun tidak segan memberi masukan, saran atau kritik yang diperlukan bagi perbaikan dan kemajuan organisasi.

“Sebagai pimpinan, saudara-saudara akan terselamatkan dari kesalahan dan kekeliruan karena mendengarkan saran dan kritikan, bukan karena sanjungan dan pujian,” kata Menag.

Hilman Latief selain Direktur Lazismu juga adalah Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang mendalami filantropi Islam sejak 2005. Minatnya terhadap tradisi kedermawanan seperti dilansir Jawa Pos itu sebenarnya tidak disengaja. Ceritanya bermula ketika pria kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat, tersebut menempuh studi S-2 di Western Michigan University, Amerika Serikat. Saat tiba waktunya proses bimbingan tugas akhirnya, dia pun mencari-cari literatur. Terutama buku karya pembimbingnya, yakni Adam Sabra.


Beruntung, dia menemukan buku tersebut. Judulnya: Poverty and Charity in Medieval Islam. Namun, harganya cukup mahal bagi seorang mahasiswa seperti dirinya. Dia pun menemui dosennya untuk menyampaikan ketertarikan pada buku itu. Sang pembimbing akhirnya memberinya buku tersebut. Tentu saja, Hilman sangat senang. ”Saya langsung lahap buku itu,” ungkapnya.

Baca Juga:  Nikmat Ramadan di Perantauan

Sejak saat itu, dia semakin tertarik dengan kajian filantropi Islam. Padahal, sebetulnya studi S-2 yang ditempuh itu tidak berkaitan dengan filantropi. Namun, lebih fokus pada sejarah intelektual muslim abad pertengahan. ”Baru ketika membaca buku Poverty and Charity, ada ide untuk mendalami filantropi Islam dalam konteks Indonesia,” ucap dia.

Guru besar UMY itu akhirnya menyusun proposal penelitian filantropi Islam. Namun, dia tidak tahu mau diajukan ke mana proposal riset tersebut. Setelah itu, dia mendengar Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta mempunyai proyek penelitian terkait filantropi Islam. Hilman pun menyodorkan proposalnya dan disetujui. Selain itu, dia mendapatkan bantuan riset dari UMY dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Di Utrecht, Hilman semakin mendalami filantropi. Ternyata, bidang itu sangat luas karena juga mencakup perspektif budaya, ekonomi, politik, dan sosial. Dia juga semakin mengetahui tradisi filantropi pada agama lain. Dia pun aktif turun ke lapangan untuk meneliti praktik filantropi yang dilakukan sejumlah lembaga. Tidak hanya di Indonesia, tapi juga di sejumlah negara.

Baca Juga:  Ngabuburit Literasi 2: Meliterasikan Kota - Menjaga Tradisi Silaturahmi

Tradisi filantropi sangat penting. Apalagi dalam kondisi pandemi Covid-19 seperti sekarang. Menurut Hilman, filantropi tidak hanya memberikan bantuan, tapi juga membangun ekosistem solidaritas dengan konsep-konsep baru. Hilman pun mendorong konsep solidarity buying. Yaitu, membeli produk milik tetangga, teman, atau produk hasil pemberdayaan ekonomi masyarakat. Artinya, tidak selalu membeli barang produk pabrikan.

Saat hendak membeli beras, misalnya. Warga bisa membeli dari petani. Atau saat butuh ayam, bisa membeli dari peternak. Kemudian, bagi orang tua siswa, bisa membeli barang yang dijual sesama orang tua. ”Ketika ada yang berjualan kue, nasi, atau barang lainnya, sebaiknya kita membeli barang yang dijual itu,” katanya.

Terdapat Empat Pejabat Eselon I yang dilantik yaitu Hilman Latief sebagai Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU), Muhammad Aqil Irham sebagai Kepala Badan Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal (BPJPH), A.M. Adiyarto Sumardjono sebagai Staf Ahli Bidang Manajemen Komunikasi dan Informasi, dan Abu Rokhmad sebagai Staf Ahli Bidang Hukum dan HAM. Selain itu juga Menag Melantik Enam Rektor baru di lingkungan Universitas Islam Negeri (UIN).

Baca Juga:  Nostalgia Musik Indonesia Melalui Media Sosial

Menurut Menag, promosi dan mutasi pejabat struktural birokrasi dan pimpinan perguruan tinggi keagamaan diharapkan membawa perubahan, perbaikan dan penyempurnaan dalam tata kelola organisasi maupun program yang dilaksanakan, bukan sekadar direncanakan.

“Satu program yang dilaksanakan lebih baik daripada seribu program yang hanya dibicarakan. Saudara-saudara diharapkan segera menyesuaikan diri dengan medan tugas yang baru, memahami lingkup ekosistem organisasi dan mencermati segala tantangan yang pasti berbeda daripada medan tugas saudara-saudara di tempat sebelumnya,” pesan Menag.

“Kecerdasan mengelola birokrasi harus dimiliki oleh setiap pimpinan. Oleh karena itu, saudara-saudara harus membangun interaksi positif dan kerjasama yang harmonis dengan bawahan dan staf sebagai mitra kerja sehari-hari,” tambahnya.

Hadir dalam pelantikan, Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi, Penasihat dan Ketua DWP Kemenag RI, serta sejumlah pejabat Eselon I dan Stafsus/Tenaga Ahli Menteri Agama. (kan)

Written by Nur Iskandar

Hobi menulis tumbuh amat subur ketika masuk Universitas Tanjungpura. Sejak 1992-1999 terlibat aktif di pers kampus. Di masa ini pula sempat mengenyam amanah sebagai Ketua Lembaga Pers Mahasiswa Islam (Lapmi) HMI Cabang Pontianak, Wapimred Tabloid Mahasiswa Mimbar Untan dan Presidium Wilayah Kalimantan PPMI (Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia). Karir di bidang jurnalistik dimulai di Radio Volare (1997-2001), Harian Equator (1999-2006), Harian Borneo Tribune dan hingga sekarang di teraju.id.

ngopi pontianak

“Sihir” Kopi Pontianak

Akhir Oktober 2021 Warga Kota Pontianak 70 Persen Divaksin