teraju.id, Poernama – Rumah Makan Gratis (RMG) dipimpin seorang ibu paroh baya bernama Diah Rosdiana yang akrab disapa Ibu Ros. Sejak melihat RMG yang digerakkan seorang yang hidup sederhana di Jakarta, air matanya terus meleleh. Tak peduli sedang shalat, zikir, atau berdoa. Bahkan di saat sedang menyapu dan mencuci sekalipun.
Ros yang pernah aktif mendampingi suami di korps Bhayangkara berkonsultasi dengan pengasuh pondok pesantren Munzalan Ashabul Yamin, Kyai Haji Lukmanul Hakim. “Apa gerangan yang terjadi pada diri saya? Apa yang harus saya lakukan?”
Nasihat Kyai Lukman tiada lain, “Bahagiakan anak yatim. Sebab mereka yang menyantuni anak yatim, seperti dua jari ini bersama Rasulullah SAW di surga.”
Berpusat di Mesjid Kapal Munzalan Mubarakan kawasan Jalan Ampera, komunitas Rumah Makan Gratis eksis di Kota Pontianak. Mereka berbagi ratusan kotak makanan ke pondok-pondok pesantren yatim-piatu dan penghapal quran di pinggiran kota. Jumlahnya mencapai 300 boks disalurkan setiap Jumat.
Belum genap setahun, Rumah Makan Gratis ini telah pula terbentuk cabangnya di Kota Kuching, Sarawak, Malaysia yang bertetangga dengan Bumi Khatulistiwa-Kalimantan Barat. “Saya mulai dari diri dan keluarga sendiri. Selanjutnya tidak tahu rizkinya datang dari mana. Selalu ada saja Allah titipkan lewat para dermawan.”
*
Komunitas Peduli Sesama (KPS) eksis di kawasan Jalan Tabrani Ahmad, Kecamatan Pontianak Barat. KPS dipimpin oleh Ibu Sari.
Berdiri 17 September 2021, mulanya dari diri sendiri dan anak. Dimulai dengan memberikan nasi kotak ke pinggir jalan kepada kaum duafa. Mereka yang mendapatkan perhatian adalah para pemulung, penyapu dan peminta-minta.
Seiring berjalannya waktu, sebulan, donasinya meledak. Tak cukup berbagi di jalan raya, kemudian masuk pula ke pondok-pondok pesantren pedalaman. Donasi yang dipercayakan para dermawan pun berkembang. Tidak hanya nasi kotak, tetapi juga fasilitas yang diperlukan pondok pesantren, termasuk jika terjadi bencana alam.
KPS telah menyentuh 50 pondok pesantren pada setiap Jumat.
*
Pondok Santri Sehati berdiri tiga tahun silam. Dakwahnya berbasis masjid. Gerakan memberi makan setiap usai shalat Jumat dipimpin mantan Pasukan Amal Shaleh (Paskas) Munzalan wilayah Kabupaten Kubu Raya. Tepatnya kawasan Jalan Parit Haji Muksin II.
“Mesjid menjadi tumpuan harapan umat. Tidak hanya baitullah tapi juga baitul maal. Maka kami berkhidmat bagi kaum duafa di sekitar mesjid. Benar-benar kita perhatikan. Sampai yang sakit kita rawat dan keluarga yang tak punya beras sekalipun kita bagikan beras,” tutur Ketua Pondok Santri Sehati, Ustadz Hadi Mubarak yang akrab disapa Gus Hadi.
Mesjid menjadi pusat peradaban umat pun terjadi. Bersama Sahabat Umat, Gus Hadi menginisiasi sayur-mayur yang sudah tidak laku dijual dan biasanya hanya dibuang, agar tidak mubazir, sayur-mayur sisa namun masih bagus itu dikumpulkan. Belasan hingga puluhan karung dibagikan. Karena sudah teratur, pada gilirannya, pondok pesantren yang memerlukan, tinggal menjemput sayur-mayurnya.
Karyawati swasta–Ayu–lain lagi. Diwarisi sifat kedermawanan ibundanya yang jatuh sakit, dia tampil sebagai birrul-walidain. Kebiasaan sang ibu bersedekah, walaupun telah lama membesarkan anak-anak sendiri tanpa didampingi suami akibat berpulang ke haribaan ilahi, mendirikan Laskar Langit.
Dukungan datang dari para teman sejawat maupun sahabat. Hebatnya, Laskar Langit mendapat dukungan banyak chef terkenal yang bekerja di hotel-hotel Kota Khatulistiwa. Mereka berbagi keterampilan memasak dengan aneka jenis masakan yang hebat-hebat. “Sampai saya pun tak tahu nama makanannya. Yang jelas sedap-sedap,” imbuh Ayu.
Hotel yang kerap kelebihan makanan jika melaksanakan even, terutama resepsi pernikahan, berdonasi makanan ke kalangan duafa. Melalui Laskar Langit disalurkan ke pondok-pondok pesantren dan kaum papa.
Berdiri pada tahun 2015, Laskar Langit telah menyalurkan donasi senilai Rp 2,8 miliar. “Kepercayaan terus kita rawat, jaga, dan pelihara,” tambah Ayu yang Laskar Langit pimpinannya bermarkas di Jalan Sungai Raya Dalam I, Kompleks Palem Hijau No 4G.
*
Gerakan Peduli Anak Yatim (GPAY) Harapan Hati dipimpin Ustadz H Muhdi. Mendirikan GPAY sejak 11 tahun lalu telah menyerap 400 santri di wilayah Selat Panjang, Siantan, Pontianak Utara. Kepercayaan terus membesar. Para pihak berwakaf tanah di berbagai lokasi untuk pengembangan pondok pesantren. Antara lain di Parit Pangeran, Mandau Putra, Martapura Kalimantan Selatan, bahkan Jawa Timur.
Tidak mudah menggerakkan filantropi seperti yang dilakukan Ustadz Muhdi yang bukan tergolong pria kaya. “Saya orang kampung biasa. Tantangan pertama justru datang dari istri. Kata istri saya, macam tak punya pekerjaan saja mengurusi anak yatim,” kutipnya.
Namun seiring perjalanan waktu, sang istri kemudian tersentuh menjadi pendukung utama dalam merawat dan mendidik anak-anak yatim-piatu dalam sebuah pondok pesantren. “Bersama Nyai, kami merasa aneh sekali. Mengurusi yatim piatu ini selalu ada saja rezekinya. Sehingga kami berkesimpulan bahwa rezeki anak yatim ini memang sudah disediakan Allah SWT. Kami ini hanya menyalurkannya saja dengan sebaik-baiknya.”
*
Semangat berinfak dan bersedekah juga mengalir bagaikan air di Komunitas Hikmat yang digerakkan oleh Ibu Ida Said. Menjelang 2 tahun usia Hikmat, 50-an mesjid menjadi depo disediakannya minuman segar seperti sari kacang, air tebu, susu kacang kedele dll setiap usai ibadah shalat Jumat.
Hari Jumat adalah penghulu dari segala hari, di mana infak dan sedekah pada hari Jumat dilipatgandakan Allah SWT serta didoakan oleh para malaikat agar sesiapa saja yang berinfak diganti oleh Allah dengan berlipatganda.
“Sebaik-baik infak adalah memberikan air minum. Maka kami mengambil kegiatan infak air minum,” ungkap Ibu Ida Said. Gerakan Hikmat ke depan adalah pemberdayan setiap mesjid untuk dapat melakukan hal serupa, sedekah minuman setiap hari Jumat di mesjid dengan pendampingan serta support dana awal sebagai daya rangsang atau inisiatif secara intentif melalui Hikmat.
*
Bekerja secara parsial seperti seutas lidi yang mudah dipatahkan. Komunitas-komunitas di atas berkumpul di Mesjid Raya Mujahidin menjamu buka puasa bersama dengan 2000 anak yatim. Buah dari kerjasama itu sangat mengesankan sehingga mereka mengikat diri dalam komunitas filantropi yang lebih besar dengan nama Komunitas Lintas Bersatu Khatulistiwa.
Hingga kini sudah ada 25 komunitas yang bergabung dengan nilai donasi miliaran rupiah. Mereka bersatu bagaikan sapu lidi. Bersatu semakin teguh dan semakin banyak pekerjaan rumah keummatan berhasil dituntaskan.
Kisah komunitas filantropis umat Islam Bumi Khatulistiwa yang inspiratif di atas dapat disaksikan di channel youtube teraju.id. Silahkan mencermati dan jangan lupa subscribe, like, and share.