in ,

Desa Sebagai Unit Sentral untuk Membangun Daerah yang Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur

Dr Aria Jalil (kiri) di Kampung Inggris Singkawang yang didirikannya satu dekade silam. Foto Istimewa

Oleh: Aria Jalil

Desa itu ibarat sebuah hulu sungai. Kota adalah ibarat muaranya. Air  selalu mengalir dari hulu. Tidak pernah sebaliknya. Kalau hulu sungai tidak diperhatikan, maka kotalah yang akan menjadi kurban air bahnya atau air limbahnya.

Sayuran, beras, buah-buahan, ikan, ternak kurban, tenaga kerja dll, datangnya dari desa.  Akademisi, dosen, guru, profesional, pejabat, politisi, dan penjaga keamanan dan pertahanan negara banyak yang berasal dari desa. Setidak-tidaknya mereka itu asal usulnya adalah keturunan orang desa.  

NKRI terwujud dan bisa bertahan adalah karena dukungan dan pengorbanan rakyat desa.

Maka peran desa dalam menumbuh-kembangkan masyarakat yang baldatun toyyibatun wa rabbun ghafur menjadi “critical mass” atau titik awal yang strategis. Ibarat bola salju yang menggelinding, maka desa yang terurus akan menebarkan kemaslahatan dunia akhirat bagi kita semua.

Semua kita ini berhutang kepada warga desa. Saatnyalah kini kita bekerjasama mencicil mengembalikan hutang kita itu kepada desa. Menjadi lebih baik jika kita menginvestasikan modal materiil dan non materiil kepada desa.

Desa makmur – Negara makmur

Kita layak bersyukur bahwa kehidupan keagamaan, sosial dan budaya di desa pada umumnya masih berlangsung cukup baik.

Yang masih memprihatinkan adalah kehidupan dan kesejahteraan ekonomi desa.  Sejumlah ahli mengingatkan bahwa kehidupan keagamaan, sosial dan budaya bisa menjadi rentan, jika tidak didukung oleh kesejahteraan  ekonomi yang layak.

  1. Mengembangkan potensi menjadi energi

Potensi desa sesungguhnya luar biasa. Lahan, sungai, lembah, danau, laut, pantai, hutan, bukit dan gunung tersebar di desa. Bahkan keberagaman agama, sosial dan budaya termasuk keberagaman dalam sumber mata pencaharianpun  dapat diubah menjadi sumber energi untuk meningkatkan kesejahteran ekonomi warga desa.

Baca Juga:  Kenangan Bersama "OmBuds-Kutukupret" Budi Rahman

2. Desa sebagai unit produksi, industri, perdagangan, dan jasa

Berbekal potensi yang ada, desa dapat berperan sebagai unit produksi, industri, perdagangan, dan jasa. Di sinilah letak pentingnya peran eksekutif, judikatif dan legislatif temasuk peran sektor keamanan dan pertahanan negara untuk bersama-sama memfasilitasi desa dengan sumber daya yang diperlukan. Tidak hanya berupa bantuan infrastruktur fisik dan finansial, melainkan yang lebih penting lagi adalah membangun kapasitas dan kualitas SDM desa.

Dari mana pintu masuknya?

Sesuai dengan kebijakan pemerintah pusat, ada 2 pintu masuk yang sangat potensial.

  1. Desa Wisata (DEWI)

DEWI termasuk salah satu program dari Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif. Desa juga menjadi subyek pembangunan dari Kementerian Dalam Negeri  dan Kementrian  Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

Di berbagai desa di Jawa, Sulawesi dan Sumatera bermunculan Dewi cantik yang memikat banyak orang untuk datang. Pendatang itu bisa jadi wisatawan. Bisa juga penanam modal, pedagang, pengusaha, industriawan,  agen perjalanan dan pariwisata, dll.

Kuncinya adalah menarik orang luar untuk datang ke desa. Ketika lapar mereka memerlukan rumah makan. Ketika mengantuk mereka memerlukan penginapan. Ketika pulang mereka memerlukan oleh-oleh.  Yang ingin bersantai mereka memerlukan tempat yang indah, bersih dan aman. Yang hobbi memancing memerlukan tempat pemancingaan, dsb. Para pengusaha boleh jadi akan melakukan transaksi jual beli hasil produksi desa. Ekonomi desa pasti akan menggeliat dan menguat.

Jadikan desa menjadi desa yang BERIMAN (Bersih Indah Nyaman & Aman). Intinya, semua pihak perlu memfasilitasi desa, agar menarik dan aman untuk didatangi, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri.

Baca Juga:  Merindukan Tradisi di Bulan Ramadan

2. Program Ketahanan Pangan Desa

Kementerian Pertanian dan Badan Ketahanan Pangan Nasional bertekad untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat desa. Bukankah potensi itu melimpah ruah di desa? Lahan tidur, pekarangan nganggur, jalan desa, sungai, danau, dll umumnya belum dikembangkan menjadi unit ekonomi.

Bayangkan jika lahan nganggur itu ditanami pohon buah dan pohon lainnya yang bernilai ekonomis. Sepanjang jalan desa ditanami pohon nangka.  Pekarangan rumah ditanami dengan nangka, durian, jengkol, petai dan alpukat (NDJPA), diselingi dengan tanaman sayuran. Sungai, kolam dan danau untuk berternak lele dan ikan lainnya yang cocok.

Di desa Sekadim misalnya,  ada 750 KK. Setiap KK diminta menanam 5 batang NDJPA. Sepanjang jalan masuk dari Puting Beliung ditanami nangka. Lima  tahun kemudian pastilah akan  menambah pendapatan penduduk.

Di pekarangan depan rumah, warga desa dihimbau untuk menanam pohon hias dan bunga, maka desa akan tampil indah dan seronok.    

Perencanaan dan Pelaksanaannya

Program ini pasti berhasil jika kerjasama pemangku kepentingan desa berjalan serasi, efektif dan produktif.

Pihak kabupaten perlu mensinergikan semua pemangku kepentingan yang diperlukan untuk mengembangkan Dua Program Terobosan yaitu Program Desa Wisata dan Program Ketahanan Pangan Desa.  

Selain kementerian yang disebutkan di atas, TNI dan Kepolisian biasanya dengan senang hati ikut serta dalam  membangun desa. DUDI (Dunia Usaha dan Industri), LSM, Organisasi Karang Taruna pun juga dapat terlibat. Bersama pasti bisa.

Baca Juga:  Kisah Menarik Angelika Putri dalam Program Pertukaran Pelajar Asia Kakehashi

Program Penyerta

Program Desa Wisata dan Ketahanan Pangan Desa perlu ditopang dengan program berikut ini:

  1. Gerakan kebersihan dan keamanan lingkungan
  2. Gerakan: Menanam seribu pohon dan bunga di pinggir jalan, dan di pekarangan.
  3. Gerakan pembuatan dan penggunaan  kompos
  4. Gerakan penanaman sayur dan buah-buahan
  5. Gerakan pemeliharaan ternak (ayam kampung, bebek, kambing dan sapi)
  6. Gerakan industry rumah tangga termasuk kuliner desa
  7. Gerakan sanitasi kollektif
  8. Gerakan penyediaan air bersih
  9. Gerakan menghidupkan kembali senibudaya asli (kuntau, jepen, radat, tanjidor, tahar, dll)
  10. Gerakan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas SDM desa di bidang:
    • vokasi, misalnya dalam keterampilan bertani, beternak, bertukang, membuat batako, pupuk organic, dll).
    • kepemimpinan, manajemen, pemasaran.
    • Bahasa misalnya Bahasa Inggris, Arab, dan Mandarin.

Semua gerakan yang disebutkan di atas menjadi modal untuk mengembangkan desa sebagai unit produksi, industri, perdagangan dan jasa.

Para Pihak Pemangku Kepentingan

  1. Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pertanian, Badan Ketahanan Pangan Nasional, Kementerian  Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif  serta Kemendikbud terkait erat  dengan upaya untuk mensukseskan Program Desa Wisata dan Ketahanan Pangan khususnya dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada umumnya.
  2. Universitas melalui Program Kampus Merdeka, memungkinkan untuk menurunkan dosen dan mahasiswanya ke desa-desa selama dua semester. 
  3. DUDI diwajibkan untuk menyumbangkan dana CSR untuk pembangunan.
  4. TNI dan Polisi mempunyai misi untuk pembinaan territorial dan pembangunan.
  5. LSM dan organisasi pemuda, ikatan/perhimpunan profesi.

Wellington, New Zealand, 30 Januari 2023

Written by teraju

Kembar Mayang Mbah Samar

Pabali Musa Pimpin Kembali Muhammadiyah Kalbar