Teraju News Network – Alhamdulillah–Puji syukur ke hadirat Tuhan YMK–satu lagi buku biografi tokoh Kalbar berhasil disusun dan dicetak. Tokoh yang diangkat sangat terkenal di masa 1980-1990, yakni di masa keemasannya. Beliau adalah Drs. HS Laurens Mangan yang berkhidmat sebagai birokrat Dinas Perkebunan. Uniknya, pria kelahiran Soo Langke Malapi Patamuan, Putussibau Selatan, Kapuas Hulu pada 18 September 1941 ini melewati lima zaman: zaman pra kemerdekaan, masa kemerdekaan, masa Orde Lama, Orde Baru hingga Orde Reformasi. Kini, 80 tahun usianya disertai umur panjang, sehat dan bahagia bersama anak, cucu, menantu dan keluarga besarnya Dayak Taman.
Saya bersyukur dipercaya menuliskan kisah hidupnya yang mengharu biru sebagai birokrat, cum politisi dan budayawan. Beliau pernah menjadi Sekretaris FC Palaunsoeka di Partai Katolik yang menghantarkannya ke DPRD-GR Kalbar dan MPRS RI Utusan Daerah termuda dan berhak mengikuti Young Political Leader ke Jerman dan Belanda di tahun 1967–sungguh pengalaman anak kampung–rumah panjang–yang Sekolah Rakyat dan SDN 1 Putussibau naik sampan, kemudian SMA setahun di Sintang serta melanjutkan beasiswa SPMA Negeri di Banjarmasin/Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Di perjalanan remaja itu HS Laurens Mangan naik kapal Nirub “made in” Belanda yang membawa karet pedalaman Kalimantan, lalu naik kapal laut ke Semarang dan naik kereta api ke Surabaya. Dari perjalanan itu anak remaja ini melukiskan kebahagiaannya dan pengembaraan pemikirannya tentang lokalitas Dayak, dan pluralitas keindonesiaan.
Buku biografi ini menarik dengan lika-liku peralihan Orla ke Orba di mana HS Laurens Mangan dari Partai Katolik dikader Bung Karno di Kotrar–pelatihan militer–dengan Danru Prof Dr Moestopo Beragama–HS Laurens Mangan juga Wakil Ketua dari ayahnya Ryamizard Ryacudu di Kalbar–kisah yang “fully” historis–disajikan dari sudut pandang mata pertama: HS Laurens Mangan.
Saya berterimakasih dipercaya menuliskan kisah romantis penikahannya dengan putri Dayak Kayaan, famili YC Oevang Oeray, yakni Margaretha Theresia Lahe Ngo yang juga merintis pendidikan dari SR SD, SMA Keterampilan Putri di Pontianak dan Yogya. Sang istri adalah orang Dayak pertama yang bekerja di BPD yang kini Bank Kalbar. Ada tali-temali sejarah antara Direktur BPD Bapak Senggono yang orang tuanya pernah tugas di Kapuas Hulu dengan Margaretha Theresia Lahe Ngo dan orang tua HS Laurens Mangan. BPD juga lahir di masa Gubernur YC Oevaang Oeray, April 1964….kebetulan saya juga menuliskan buku Sejarah Bank Kalbar. Di buku ini peran Margaretha Theresia Lahe Ngo baru terkuak.
Satu lagi yang menarik. Ternyata ada hubungan historis antara Dayak Taman dengan Bugis. Lihat kata tunu (bakar) kedua etnis ini sama. Juga ase yang berarti padi. Untuk relasi etno-linguistik ini butuh riset lebih mendalam.
Banyak hal lain yang menarik, termasuk kisah beliau sebagai orang Dayak selaku birokrat pertama di Dinas Perkebunan yang “tempo doeloe” bermula dari Yayasan Karet rakyat (beliau kepala YKR di Sanggau), bertumbuh jadi Dana Tanaman Keras hingga menjadi Disbun kini….
Kalau tidak ditulis sejarah melalui pelakunya, kita bisa lupa sejarah. Untuk itu terimakasih kepada yth Bapak Drs. HS Laurens Mangan dan keluarga, serta semua pihak yang turut terlibat membantu sehingga buku ini bisa selesai….Semoga bermanfaat bagi Kalimantan Barat. *