Oleh: Husna
Pada mata kuliah Bahasa Indonesia pekan ini, kami mengikuti kegiatan Borneo Undergraduate Academic Forum (BUAF) ke-5 yang diadakan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak. Tema BUAF 5 ialah People and Science in the Covid-19 Pandemic Outbreak dilaksanakan sejak 12 s.d 14 Oktober. Pembicaranya dari berbagai Perguruan Tinggi lokal dan Internasional. Kegiatan untuk kelas kami ini disebut “Wisata Akademik”.
Dr. Sharifah Nooraida binti Wan Hasan, dari Institut Aminuddin Baki Cawangan Sarawak, Malaysia membahas Amalan Altruistik di Kalangan Guru: Refleksi Kepemimpinan di Sebalik Kepribadian Rasulullah SAW. Beliau membentangkan presentasi berbahasa melayu yang dimoderatori oleh Nanik Shobikhah, M.Pd, Kamis, 14 Oktober.
Selain tatap muka dengan mengikuti Protokol Kesehatan, BUAF ke-5 dilaksanakan via Zoom Meeting berpusat di Aula Abdurrani Mahmud IAIN Pontianak. Adapun yang dibahas dalam pertemuan tersebut yaitu, Kesediaan Guru dalam Perkongsian Amalan Altruistik bersama Rekan di Sekolah, Pengorbanan masa dan tenaga demi kejayaan anak didik tanpa mengira bangsa dan agama. Bertepatan dengan konsep dakwah, menjalinkan hubungan dan memudahkan tugas dan tanggung jawab yang diamanahkan. Kesadaran datang dari diri yang dipimpin dan memimpin akan melonjakkan kecermalangan dan sasaran yang hendak dicapai bersama. Tanpa amalan ini, sesuatu yang dilaksanakan akan senantiasa mengharapkan ganjaran semata-mata dan akhirnya akan menurunkan motivasi diri jika ganjaran tadi tidak diperolehi. Justru, pentingnya amalan ini untuk seseorang individu mengetahui ada ganjaran yang lebih baik daripada ganjaran di dunia ini. Menolong orang lain tanpa mengharapkan ganjaran adalah amanah yang mulia.
Kepentingan amalan Altruistik di sekolah disebutkan Guru adalah suri tauladan dan kesungguhan serta semangat mendidik menjadi aspirasi anak didik. Amalan ini perlu diterangkan dan diamalkan kepada murid sekarang agar mereka tahu setiap perbuatan baik dan buruk yang dilakukan sekarang akan memberi impak kepada diri mereka kelak. Biarlah melakukan sesuatu perkara atau kewajiban itu ikhlas karana Allah Ta’ala. Mendapat peluang belajar sama seperti murid lain. Mampu untuk merapatkan jurang perbedaan budaya antara murid berada dengan murid yang miskin tegar. Dapat mengurangkan beban pelajar serta keterusnya menarik minat mereka untuk hadir ke sekolah karena mereka rasa diri dihargai oleh guru mereka.
Penyampaian berikutnya disampaikan oleh Ustadz Sahrin bin Haji Masrie dari Universiti Islam Sultan Sharif Aji (UNNISSA), Negara Brunei Darussalam. Tema yang disampaikan yakni The MIB Approach in Responding The Covid-19 Pandemic Negara Brunei Darussalam.
Dalam penyampaian tersebut dijelaskan bahwa Brunei Darussalam telah sukses menangani pandemi Covid-19. Adapun cara menghadapinya yaitu karena rakyat selalu menaati rajanya. Aspek kerajaannya telah menjadikan kelestarian 29 sultan. Dengan berfalsafahkan MIB (Melayu Islam Beraja) ini, Negara Brunnei Darussalam telah berjaya membuktikannya pada dunia dalam menangani pandemi Covid-19.
Kesan dari nilai amalan dan prinsip Islam yang telah dilaksanakan dalam sistem pemerintahan dan pentadbiran negara Brunnei Darussalam adalah penjana kepada kelestarian falsafah MIB untuk terus kukuh sebagai dasar negara. Dasar yang boleh diterima oleh semua lapisan rakyatnya, yang beragama Islam atau bukan Islam. Bahkan falsafah MIB akan selamanya menjadi tanda aras kepada pembangunan dan kemajuan Negara Brunei Darussalam tanpa mengabaikan etika Islam yang menjadi jati diri masyarakat Brunnei.
(Penulis, Mahasiswi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) FTIK IAIN Pontianak)