Oleh: Farninda Aditya
Drama Korea Twenty Five Twenty One baru saja selesai. Kisah dengan latar tahun 1998 rilisan TvN ini tentu saja meninggalkan banyak kisah para pecintanya. Apalagi kisahnya berakhir pedih (Sad Ending). Tokoh Utamanya bernama Na Hee Do dan Baek Yi Jin. Na Hee Do adalah atlet Anggar yang berstatus siswi SMA yang menyukai Baek Yi Jin seorang Reporter TV. Keduanya terkena imbas dari krisis keuangan Korea masa itu. Baek Yi-Jin berpisah dengan keluarganya karena perusahaan ayahnya bangkrut dan berjuang mandiri. Na Hee-Do harus pindah sekolah karena ekstrakurikuler Anggarnya ditutup karena tidak ada biaya operasional.
Ada yang menarik terkait drama Na Hee Do dan Baek Yi Jin pada Episode 9. Terkait pembentukan kosakata dan kesepakatan yang dibuat oleh pasangan Pelangi ini. Saat menyampaikan rasa sukanya, Na Hee Do menunjukan kebingungan kosakata apa yang tepat untuk mewakili.
“Tidak ada kata yang tepat”, ungkap penyuka Komik Full House itu.
“Sebuah kata yang bisa menjelaskan hubungan kita, belum dibuat di dunia ini. Kenalan, Teman, Kekasih. Hubungan kita tidak termasuk di antara kata-kata yang sudah dibuat”.
Selanjutnya, Na Hee-Do memilih untuk mengajak Baek Yi Jin untuk membuat definisi sendiri. “Jika tidak ada kata yang bisa menjelaskan, bukankah kita bisa membuatnya sesuka kita saja? Misalnya hubungan kita adalah Telepon atau Cangkir. Bisa juga Gunting. Kalau tidak Awan atau Pelangi, kita bisa membuatnya sendiri”, ajaknya meyakinkan.
“Aku suka Pelangi”, jawab Baek Yi-Jin tersenyum.
“Sayang sekali, padahal aku suka Gunting”, tawa senang Kim Tae Ri yang memerankan Na Hee-Do.
Gunting dan Pelangi adalah kata yang simbolnya sudah dapat dimaknai objeknya. Gunting bermakna alat memotong atau menggunting, Pelangi adalah lengkung spektrum warna langit, bermacam warna. Makna leksikal Gunting dan Pelangi tentu saja dapat dipahami tokoh Hee Do dan Yi Jin namun, mereka melakukan kesepakatan untuk mewakili status mereka.
Bahasa sebagai sistem simbol memiliki arti, baik tulisan dan atau bunyi. Tokoh dalam drama ini telah melakukan kesepakatan terkait kata Pelangi. Objek Pelangi versi mereka tidak sama dengan masyarakat lain. Keduanya melakukan asal suka. Melakukan proses bahasa yang merupakan sistem lambang yang Arbiter. Definisi yang mereka miliki tidak sama dengan kelompok masyarakat lainya. Memang, hal ini tidak menunjukan contoh utuh terkait pembentukan kata, hanya contoh kecil bahwa ada kesepakatan dalam bahasa. Ada perbedaan makna bahasa tergantung kelompoknya, bahwa bahasa bersifat konvensional. Penamaanya dapat terjadi onomatapoe yakni terbentuk karena cirinya. Bisa jadi, pilihan Pelangi karena cirinya menunjukan warna unik, berwarna, menyenangkan, dan indah. Sesuai dengan karakter tokoh Na Hee-Do untuk Baek Yi Jin. Hal yang sama diungkapkan Hee Do “…Pelangi, besar, dan indah”
Kisah Twenty Five Twenty One memberi kenangan tentang pembentukan bahasa; produktif, konvensional, dan arbirter. Bahasa sebagai alat komunikasi. Kata dalam bahasa digunakan untuk berkomunikasi agar saling memahami. Halnya, bahwa Hee Do dan Yi jin memahami simbol pelangi dan sepakat akan definisinya.