in ,

Nostalgia Musik Indonesia Melalui Media Sosial

Oleh: Fazra Oktaviana

Video klip “Andai Aku Bisa” yang dinyanyikan oleh Chrisye mendadak banyak diakses penonton baru-baru ini. Hal ini disebabkan karena banyaknya pengguna sosial media seperti Tiktok, Instagram, Facebook dan media sosial lain yang menggunakan lagu tersebut untuk pengisi suara dalam postingannya. Viralnya lagu tersebut tentunya berimbas juga pada jumlah penonton pada kanal YouTube tersebut yang melonjak drastis.

Bukan hanya lagu Chrisye saja yang kembali viral akhir-akhir ini. Lagu dengan judul “Pecinta Wanita” oleh Irwansyah, “No Comment” oleh Tuty Wibowo, “Bawalah Cintaku” oleh Afgan, “Kopi Dangdut” oleh Fahmi Shahab dan tidak sedikit lagi dari penyanyi lama seperti Nike Ardila, Ebiet G Ade, Iwan Fals juga mendadak banyak didengarkan dan digunakan oleh content creator terutama di media sosial Tiktok.

Viralnya kembali lagu-lagu tersebut tentu membuat kalangan masyarakat dari dunia maya maupun dunia nyata menjadi bernostalgia dan seolah-olah kembali lagi pada masa-masa itu. Viralnya lagu-lagu tersebut memiliki alasannya masing masing, seperti contohnya lagu “No Comment” yang viral akibat salah satu penguna Instagram dengan nama akun @corla_2 atau yang kerap disapa oleh netizen dengan sebutan Bunda Corla sering menggunakan lagu tersebut untuk live streaming di akun Instagramnya.

Masih banyak lagu lain yang kembali terkenal, seperti baru pertama kali dirilis. Hal seperti itu tentunya tidak asing lagi di media sosial. Hal ini membuktikan dampak penggunaan media sosial juga berpengaruh pada musik di Indonesia.

Baca Juga:  Alumni dan sekolah almamaternya

Musik sebagai Hiburan

Seperti yang kita tahu, musik merupakan hiburan yang tidak akan pernah kehilangan peminatnya sampai kapan pun. Media sosial juga memberikan dampak yang positif untuk musik di Indonesia. Orang yang belum pernah mendengar lagu-lagu itu menjadi tahu dan menikmati lagu tersebut karena dihadirkan melalui media sosial. Namun, bagi yang pernah mendengarnya akan membuat mereka menjadi bernostalgia pada lagu-lagu tersebut.

Pada zaman yang sudah serba canggih ini, tentunya bukan hal yang sulit lagi bagi masyarakat untuk menemukan musik-musik favoritnya. Masyarakat dapat memanfaatkan ponsel pintarnya untuk mengakses genre musik yang diinginkan. Genre musik yang disukai masyarakat juga beragam. Generasi muda tampaknya menyukai genre pop dengan irama yang cenderung melow. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lagu-lagu galau yang baru rilis atau bahkan yang sudah lama rilis namun kembali viral di media soial.

Itulah kenyataan yang menunjukkan bahwa musik adalah hiburan. Bisa untuk pengisi waktu luang saat bosan, sebagai teman untuk mengerjakan tugas, sebagai motivasi atau penyemangat hidup, ajang untuk unjuk bakat, bentuk ekspresi emosional, dan masih banyak lagi. Sebagai media penghibur, tentu musik harus tetap terjaga eksistensinya agar generasi selanjutnya masih dapat menikmatinya.

Media sosial tentu sangat berperan penting dalam perkembangan musik di Indonesia, bukan hanya para penikmat musik saja yang bisa memanfaatkan media sosial, para musisi dan penyanyi-penyanyi juga menggunakan media sosial untuk mempromosikan lagunya agar lebih cepat sampai kepada pendengarnya. Selain untuk ajang mempromosikan lagu-lagu yang baru dirilis, media sosial juga yang membuat lagu tersebut meraih kepopulerannya dan dapat diterima oleh kalangan dunia maya maupun dunia nyata.

Baca Juga:  Anshari Dimyati: Jadikan Kalbar sebagai Center of Malay di Dunia

Musik sebagai Kenangan

Damien Enchols pernah berkata, “Nostalgia adalah satu-satunya teman yang tinggal bersamamu selamanya.” Dunia musik dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya sudah sangat jauh berkembang, meski demikian lagu-lagu lawas yang penuh akan memori dan nostalgia tidak akan hilang atau dilupakan.

Pada zaman yang sudah modern ini, kemungkinan besar sebagian orang tua merindukan zaman-zaman mereka dahulu. Keberadaan media sosial jadi memungkinkan para orang tua bernostalgia dengan musik musik lawas yang nge-trend pada zaman mereka dahulu. Tentunya hal itu juga bermanfaat untuk berbagai kalangan khususnya anak-anak remaja yang belum pernah mendengar musik-musik lama, sehingga mereka bisa mengenal dan mengetahui seperti apa musik zaman dahulu, bukan hanya mengenal musik yang mereka nikmati sekarang.

Musik pada umumnya juga dipengaruhi oleh usia penggemarnya. Para orang tua  mungkin kurang menyukai lagu-lagu yang baru dirilis karena cenderung galau, berbanding terbalik dengan anak-anak muda yang lebih suka dengan hal-hal yang baru dan suka pada lagu-lagu yang sad vibes atau galau. Keberadaan lagu-lagu lawas itulah yang tetap hidup dalam pendengaran mereka. Musik lawas tentunya mempunyai kedudukan yang kuat sehingga menciptakan emosi yang kuat pula; emosi kuat itulah yang mempertahankan hubungan jangka panjang dengan lagu-lagu lawas, album, penyanyi dengan para pendengarnya.

Baca Juga:  Terpilih Aklamasi, Chairil Effendy Fokus 3 Isu Krusial

Namun, itu bukan berarti kaum muda tidak menyukai musik-musik lama. Berkat kecanggihan mereka menggunakan teknologi beberapa lagu bahkan album kembali meledak di dunia maya. Hal itu tentu memberi manfaat untuk semua kalangan, baik pemilik lagu, penyanyi, dan pendengar sekalipun.

Dengan begitu, para orang tua bisa menjadi antusias mengikuti perkembangan musik pada zaman yang semakin modern dan mereka jadi tergugah untuk ikut menggunakan media sosial. Tentu, media sosial memiliki dampak positif maupun negatif. Karenanya kita harus tetap bijak dalam menggunakan media sosial dan tetap menjunjung tinggi etika dalam berkomunikasi.

Begitulah, musik yang pernah diciptakan dapat melintasi zaman. Itulah kekuatan sebuah karya yang kadang oleh para penciptanya tak pernah terduga. Itu juga yang mestinya menjadi alasan bagi para musisi Indonesia untuk terus berkarya, menciptakan musik dan lagu yang menarik untuk didengar dan dinikmati berbagai kalangan masyarakat. Musik yang dulu tercipta, kini menjadi nostalgia. Musik yang kini tercipta, bisa saja di masa depan menjadi nostalgia. Selamat Hari Musik!

(Penulis, mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Tanjungpura, Pontianak. Aktif berorganisasi di Himpunan Bahasa Indonesia)

Written by teraju

Duta Damai dan Duta Tanaman Kalbar Ikuti KEP’s Journalism Fellowship ke Malaysia dan Thailand

6 Cara Menghilangkan Jerawat Membandel