Oleh: Yusriadi
Hari itu, sebulan yang lalu saya dan kawan-kawan di Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Pontianak mendatangi lokasi posko mahasiswa kuliah kerja lapangan (KKL) di wilayah Belimbing, Melawi. Kampung ini memang dekat jaraknya dari Nanga Pinoh, ibukota Kabupaten Melawi, tetapi, kesan sebagai kampung “lama” sangat kuat.
Masyarakat masih sangat bersahabat dengan sungai.
Sore itu saya menyaksi sejumlah warga di sana. Ada yang mandi, bermain bola di sungai, mencuci, menimba perahu, membetulkan jamban, dll. Air sungai jernih mengalir deras. Batu dan pasir terlihat jelas. Ikan masih banyak dan dapat ditangkap dengan alat tangkap tradisional.
Pemandangan begini sangat langka. Situasi seperti ini sudah jarang dijumpai. Secara umum sungai sudah ditinggalkan. Sungai tidak lagi menjadi sahabat warga.
Tidak banyak lagi orang yang mandi dan bermain di sungai. Tidak ramai warga betah berlama-lama di sungai yang keruh. Tidak ada lagi ikan sungai yang dapat ditangkap.
Lebih-lebih lagi, sudah ada air yang naik ke rumah, sudah ada jalan darat yang mengantar ke kaki tangga, banyak permainan diberikan hape dan TV. Semakin jauhlah orang terpisah dari sungai. (*)