in

Di Balik Angka 1000 Rocket Chicken

Awalnya hanya kenal brand Rocket Chicken. Outletnya tersebar di mana-mana, merata ke semua kota. Hampir di kota yang saya sering singgahi, ada Rocket Chicken.

Alhamdulillah, ahad ini mudah-mudahan bisa berjumpa dengan ownernya, foundernya, pendirinya, Mas Nurul Atik. Ahad empat September ini memang Muhsinin Club lagi trip ke Jogja. InsyaAllah DeEP Foundation yang mengorganize eventnya.

Seribu outlet itu tidak sekedar angka. Ijinkan saya membahasnya ya. Bismillah.

Pertama, ini tentang kekuatan Product Value.

Produk ayam goreng itu dihadirkan banyak brand. Sudah jadi program yang umum di masyarakat. Barrier bisnisnya mudah. Selama ada supply ayam potongnya, lalu punya bumbu, ya bisa jualan.

Maka bisa menang di antara produk ayam goreng yang lain, pasti sesuatu. Saya gak cuma nulis, tapi juga hampir makan di seluruh outlet Rocket Chicken di beberaka kota. Balikpapan, Bandung, Cirebon, bahkan di jalur-jalur perjalanan jauh. Kota-kota kecil, Rocket Chicken ada.
Pengalaman makan di RC, RC berhasil mendeliver product dengan kualitas yang sama. Sama empuknya, sama meresapnya bumbunya. Nampak standard supply ayam bermarinasinya yang kuat. Kita lihat saja ahad ini, Mas Nurul Atik mungkin bongkar-bongkar rahasia.

Kedua, ini tentang kekuatan manajemen cabang.

Bicara satu cabang itu sederhana. Anda bisa memantaunya dengan baik. Mudah. Gampang. Ada masalah di satu outlet, ya selesaikan di depan mata.

Berbicara RC (Rocket Chicken), ini berbicara tentang seribu outlet. Satu outlet saja loss sejuta rupiah, itu angkanya satu milliar.

Berarti Mas Nurul Atik berhasil membangun kekuatan manajerial yang ciamik. Ada kepemimpinan yang kuat, ada kontrol yang solid, ada cara berfikir yang kita gak ngejar. Itulah mengapa penting ketemu Mas Nurul Atik ahad ini, minimal satu ruangan di Gala Dinner.

Ketiga, ini tentang konsistensi.
Seribu outlet, produk yang kuat, menjaga supply chain kebutuhan segitu banyak titik, menandakan kekuatan ketekunan yang mendalam.

Konsistensi dalam ketekunan membangun product, di tengah pasar yang sebenarnya “Red Ocean”, merupakan pertanda karakter yang bukan kaleng-kaleng.

Semoga kita semua bisa belajar dari Mss Nurul Atik.

(Ustadz Rendy Saputra – Co. Founder DeEP Foundation)

Written by teraju

Pecinan: Singkawang dan Semarang

Densus 88 POLRI dan FKUB Fasilitasi Mantan Napiter Selesaikan Pendidikan S1