in

Ibadah Ramadan Kita

Oleh: Yusriadi

Ramadan tiba. Ritual mulia dimulai. Sebagai muslim kita terkena kewajiban berpuasa, dan juga memperbanyak ibadah sunnah.

Alhasil suasana Ramadan terlihat berbeda dibandingkan bulan dan hari biasa. Di sini meriah, di sana juga meriah. Di sini bergairah, di sana juga bergairah.

Kepada Allah kita tunjukkan ibadah. Bukti patuh pada perintah. Mengekang nafsu, membatasi diri, melaksanakan puasa sepenuh hati.

Sungguh amat disadari bahwa itu tidak mudah. Ketika ria menyerlah ibadah kosong melompong. Puasa hanya untuk unjuk pada manusia. Sekadar tidak makan dan minum di mata mereka. Maka, bukan pahala yang ada, tetapi yang diperoleh hanya lapar dan dahaga.

Ramadan juga menyiratkan kepentingan memberikan latihan bertenggang rasa. Perbanyak sedekah, membangun hubungan ukhuwah insaniah dan bashariyah.

Sungguh sukar mewujudkannya pada jiwa yang menganga dan pada nafsu yang menggebu. Sesukar mengingatkan diri untuk berbagi dan memberi.

Banyak kita yang rajin menghitung untung tetapi buntung. Dunia diletakkan di tempat yang tinggi menutup mata tentang ukhrawi. Tak percayaa da kehidupan nanti. Saat balasan Allah seperti yang dijanji.

Baca Juga:  Pengalaman Ramadan 2023

Jiwa yang serakah menutup pintu berkah. Semuanya dikira dimiliki sendiri, tak hendak dibagi. Tak dikira harta itu titipan Tuhan yang harus dibagikan.

Berlapar dahaga pelajaran utama. Mari merasa menjadi seperti semua. Nabi menunjukkan prilaku sederhana, sebagai contoh akhlak mulia.

Semoga puasa kali ini mengingatkan kita. Patuh pada pesan panutan. Menjemput berkah bulan Ramadan. Menjadi insan takwa karena puasa.

Selamat berpuasa untuk semua. (Yusriadi, Akademi Riset LP2M IAIN Pontianak).

Written by Yusriadi

Redaktur pada media online teraju.id dan dosen IAIN Pontianak. Direktur Rumah Literasi FUAD IAIN Pontianak. Lulusan Program Doktoral ATMA Universiti Kebangsaan Malaysia, pada bidang etnolinguistik.

5 Pencarian Terpopuler Memasuki Ramadhan. Apa Saja Itu?

Mempertajam Intelektualitas