Oleh: Nur Iskandar
Dulu, tahun 2012, tepatnya di tanggal 21 Februari, tokoh pendidikan Kalbar, mantan Rektor Universitas Tanjungpura, Prof Dr H Hadari Nawawi meninggal dunia di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta dalam usia 70 tahun, saya mewawancarai Dr Aswandi. Keduanya sama-sama putra kelahiran Sambas. Sama-sama Dekan FKIP Universitas Tanjungpura.
Dengan nada suara bergetar, Dr Aswandi yang sangat hormat alias respect kepada Doktor pertama dari Kalbar pada saat itu menuturkan sejumlah ingatannya kepada Prof Dr H Hadari Nawawi. Lantas seusai wawancara beliau balik bertanya, “Mengenang 100 hari Prof Hadari kelak, bisa ndak kita buat buku biografi almarhum?” katanya.
Saya mengiyakan. Why not. Kenapa tidak?
“Bisakah?”
“Bisa!”
Kemudian kami berkolaborasi bertiga. Selain Dr Aswandi dan saya, juga pendiri Klub Menulis IAIN, Dr Yusriadi. Dan kerja cepat selama 3 bulan menghasilkan sebuah buku biografi yang dicetak 1000 eksemplar.
Tepat 100 hari mengenang wafatnya Prof Dr Hadari Nawawi, dilaunchinglah buku biografi Tokoh Pemikir dan Pejuang Pendidikan Kalbar, Prof Dr H Hadari Nawawi tersebut. Saat itu 1000 guru hadir di Gedung Auditorium Universitas Tanjungpura. Buku yang kami tulis ludes dibagikan kepada para guru yang rata-rata adalah mantan murid atau mahasiswa serta kolega Prof Hadari.
Rektor Untan pada saat itu Prof. Dr. Thamrin Usman, DEA mengaku baru membaca jejak langkah atau sepak terjang Prof Hadari yang luar biasa dari isi buku tersebut. Tak pelak, rektor alumni Perancis tersebut menyebut ruas jalan di lingkungan Untan sebagai Jalan Prof Dr H Hadari Nawawi. Kini kita bisa saksikan ruas-ruas jalan di lingkungan Universitas Tanjungpura berdiri tegak papan nama bernama Jl Prof H Hadari Nawawi.
Nama jalan tersebut bagian dari dedikasi Dr. Aswandi. Pria yang aktif menulis ide-ide pendidikan di Kalbar pada khususnya, dan nasional pada umumnya.
“Saya menulis opini hari ini diterbitkan oleh Akcaya Pontianak Post, dan dibaca secara nasional karena dikutip Jawa Pos Media Network (JPNN), lalu saya diundang sebagai pembicara di Jatim karena tulisan tersebut,” ungkapnya menyitir betapa pentingnya menulis ide-ide ke media massa.
Saya kerap tampil bareng bersama Dr. Aswandi untuk latihan kepenulisan. Dan forum buku kami bersama di tahun 2020 di Mapolda Kalbar. Beliau menjadi bintang dalam membedah buku karya kami berjudul Irjen Pol Didi Haryono, SH, MH, Leader Polda Kalbar Berkibar dan sejarah Polda Kalbar yang ditulis oleh Syafaruddin Usman MHD.
“Kisah kepemimpinan Pak Didi harus dimasukkan ke dalam buku sejarah Polda Kalbar yang kita bedah hari ini,” ungkapnya dengan bibir bergetar tanda beliau full power. Semangat yang tidak pernah menunjukkan tanda-tanda surut.
Sama dengan pendahulunya, Prof Dr Hadari Nawawi, Dr Aswandi juga meninggalkan banyak buku. Untuk itu, pada Jumat, sepekan wafatnya beliau, Irjen Pol Purn Didi Haryono, SH, MH bertandang ke rumah duka. Beliau berbagi buku Leader Polda Kalbar Berkibar edisi revisi di mana salah satu testimoni adalah Dr. Aswandi. Mantan Kapolda Kalbar yang prestisius dan kini menjabat Komisaris Utama Bank Kalbar didampingi Maruki Matsum dari Bank Kalbar dan Muhammad Sani yang juga kerabat keluarga Dr. Aswandi serta Brigjen Pol Purn H Andi Musa, SH, MH yang kini merupakan Ketua LPTQ Kalbar.
Irjen Pol Purn H Didi Haryono diterima Ny Aswandi didampingi putra beliau, Lukman. Masing-masing menandai kebersamaan dengan menyerahkan sejumlah buku. Keluarga Dr. Aswandi menyerahkan tujuh judul karya Dr. Aswandi.
Begitulah dari buku ke buku. Dan hidup kita ini pun pada hakikatnya adalah buku. Semua amal perbuatan kita juga dicatat oleh malaikat Rakib dan Atid. Buku catatan amal itu diserahkan dengan tangan kanan untuk orang-orang yang berat timbangan amal kebajikannya ketika tidur selama-lamanya di alam baqa.
Literasi dalam bentuk buku terutama yang menabur banyak inspirasi dan edukasi akan menjadi amal jariyah yang tidak pernah putus amal kebajikannya. Dus, kita semua menyaksikan, bahwa Dr. Aswandi yang menghembuskan napas terakhirnya di RS Bhayangkara, pada pukul 17.54, Sabtu, 22 Januari 2022 dalam usia 63 tahun juga adalah pemikir dan pejuang pendidikan Kalbar.
Beliau mewariskan spirit menulis buku dan berbagi buku. Kami semua menjadi saksi.
Catatan: Ada baiknya juga 100 hari Dr. Aswandi kita terbitkan sebuah buku demi mengenang segenap amal kebajikan beliau. *