in

Jika Indonesia Ingin Jadi Negara Maju, Ini Shortcut-nya!

estimasi inflasi indonesia Statista

Salah satu kriteria sebuah negara disebut maju adalah: pendapatan penduduknya tinggi.
Malaysia misalnya, pendapatan rata-rata penduduknya per tahun adalah 150 juta (GDP per kapita).

Nah, asumsi di Malaysia itu pendapatannya merata, maka, rata-rata setiap penduduk di sana berpenghasilan segitu. Asumsi jika tidak merata, maka paling sial rata-rata pendapatan penduduknya akan ada di angka 70-90 juta. Alias gaji 6-8 juta per bulan.

Indonesia saat ini pendapatan rata-rata penduduknya adalah 45 juta per tahun (GDP per kapita). Tapi nasib, ketimpangan di Indonesia itu sangat besar. Maka, rata-rata secara riil pendapatan mayoritas paling hanya 18-30 juta per bulan. Alias 1,5-3 juta per bulan saja.

Well, Malaysia jelas belum masuk kategori maju. Amerika Serikat, pendapatan rata-rata penduduknya 980 juta per tahun, alias 80 juta per bulan. Negara maju lain, juga sangat tinggi. Maka, jika Malaysia saja belum masuk maju, apalagi Indonesia. Jauuuh sekali.

Well, kalian pasti akan bilang, tapi kan di sana, pengeluaran juga lebih besar. Sekali makan, bisa ratusan ribu. Itu benar. Tapi ssst, saat penduduk negara maju datang ke negara berkembang, maka akan terlihat sekali betapa jauh perbedaan daya belinya. Turis ‘miskin’ dari negara maju, saat datang ke negara berkembang, dia tetap ‘lebih kaya’ dibanding mayoritas penduduk Indonesia.

Baca Juga:  Pemberantasan Korupsi

Tapi saya tidak akan membahas soal ini. Saya hendak membahas yang lebih penting. Yaitu logika yang benar-benar luput dipahami selama ini oleh ekonom, pejabat, dan orang-orang itu saat bicara UMP/UMR buruh.

Hei, kita itu mau jadi negara maju, kan?

Maka, apa syaratnya? Tuh sudah dijelasin, pendapatan per kapita tinggi. Minimal kayak Malaysia, yang 150 juta per tahun.

Nah, bagaimana kita mau jadi negara maju, jika UMP/UMR dikunci jangan naik? Hanya naik Rp 50.000 per tahun? Wah, 20 tahun dari sekarang, naiknya segitu, itu berarti di tahun 2040, UMM/UMR hanya naik 1 juta tok?

Yang dari 2 juta, naik 3 juta? Yang dari 4 juta, naik jadi 5 juta? Negara maju begini? Ambyar.
Crazy! Dengan kenaikan UMP/UMR cuma segitu, kita tidak akan pernah masuk jadi negara maju. Ngimpi. Halu. Kalaupun akhirnya GDP per kapita (karena rata-rata), memang naik jadi 150 juta per tahun, itu artinya apa? Yang menikmatinya adalah elit tertentu saja. Pengusaha. Pemilik modal, dkk. Sementara buruh/rakyat banyak? Tetap begitu-begitu saja nasibnya.

Baca Juga:  Pemberantasan Korupsi

Pahamilah logika ini. Kalau besok-besok kalian jadi pejabat negara. Indonesia itu, baru benar-benar bisa dibilang maju, saat UMP/UMR buruh kita menyentuh angka 15 juta per bulan. Dan pastikan itu tidak 20-30 tahun lagi. Karena kalau selama itu, wah kelamaan Bambang, apes kena inflasi, nilai uangnya tetap saja blangsak.

Nah, jika pemerintah bisa memaksa pengusaha ngasih UMP/UMR buruh jadi 15 juta di tahun 2026 misalnya, wah, seru ini. Pokoknya wajib segitu UMPR/UMR buruh. Yang tidak bisa, sikat perusahaannya. Apa yg terjadi? Kita punya teori pertumbuhan ekonomi baru. Jangan-teori, beginilah short cut, jalan pintasnya, jika Indonesia ingin jadi negara maju.

Well, tentu tidak sesederhana itu memang maksa naikin UMP/UMR jadi 15 juta. Tapi coba pikirkan (jangan buru-buru komen). Menarik, bukan? Kalian bisa dapat Nobel Ekonomi jika mampu membuktikan teori ini.

*Tere Liye, penulis novel dan alumni Ekonomi UI

Written by teraju.id

ADLIBI IAIN Pontianak Sukses Launching 180 Buku Karya Mahasiswa PGMI, PIAUD, dan PAI

65 Tahun; Momentum Kebangkitan Ekonomi Kalbar