in

Jiwa yang Sehat di Bulan yang Suci

Oleh: Weny Ridayana*

Marhaban yaa Ramadan.. Spirit Ramadhan telah menggema, pekikkan sahur mulai berirama.
Siapa yang tak kenal bulan Ramadan? Bulan istimewa bagi umat Islam, bulan suci penuh ampunan.

Tradisi dan ritual masyarakat di bulan ini, sejak dulu sampai sekarang tidak ada yang berbeda. Mulai dari berburu takjil keperluan sahur dan berbuka, ngabuburit, saling berbagi makanan dengan tetangga, buka bersama, tadarus dan lainnya dalam merekat ukhuwah. Tentunya dalam garis memanen ibadah.

Secara tidak langsung, bulan ini menumbuhkan sifat dan perilaku yang baik dibanding bulan-bulan lainnya. Bagaimana tidak? Individu yang temperament atau pemarah, di bulan Ramadan dapat mengontrol emosinya untuk tetap tenang dan terjaga. Individu yang sering berdusta, dapat menahan diri agar tidak lalai dalam berkata. Bahkan, ada yang dikatai sebagai orang pelit, di bulan ini tidak mustahil sering beramal dan berbagi.

Jika kita lihat dalam perspektif psikologi, Ramadan menjadi ajang pengendalian diri (self-control) bagi umat muslim. Sebagaimana diketahui, pengendalian diri merupakan aspek utama wujud kehidupan jiwa yang sehat. Artinya, jiwa yang sehat memiliki kemampuan self-control yang baik. Apabila pengendalian diri individu terganggu, maka akan menimbulkan reaksi pathologis, yang dapat merugikan individu maupun lingkungannya.

Baca Juga:  Puasa Ramadan di Tahun Ini

Sampai di sini, Ramadan mengajarkan dan mendorong diri untuk ikhlas, sabar dan tawakal. Bukan mengumbar hawa nafsu makin bar-bar tanpa menggunakan akal.

Selamat berpuasa, mohon maaf lahir dan batin. (*Mahasiswa BKI IAIN Pontianak/ Akademi Riset IAIN Pontianak)

Written by teraju.id

Puasa Ramadan dan Jiwa Penuh Kedamaian

Pengalaman Luar Biasa pada Ramadhan 1444 H