Oleh: Yusriadi
Kemarin kami kedatangan tamu. Keluarga dari sebelah almarhum bapak.
Mereka datang ke rumah dengan susah payah. Susah payah karena jalannya cukup jauh–Maklum, rumah kami nun jauh di ujung. Kalau ikut google map, rumah kami masih di tengah hutan. Susah payah karena mengatur jadwal yang mereka sempat ketika kami “bias” standby di rumah.
Alhamdulillah…akhirnya ketemu juga. Mereka sampai di rumah dan kami bisa makan malam bersama.
“Owai… makan besama kita deh?! Bila lagi’ mih kita bisa baka ituk,” kata beliau.
Ya, maklum. Kami berjauhan. 700 kilometer jaraknya. Perlu waktu belasan jam.
Maklum juga kami sudah semakin tua. Beliau sudah hampir 60 tahun, dan saya sebentar lagi 50 tahun. Semakin tua kekuatan berjalan jauh semakin terbatas. Daya tahan pasti tidak akan setangguh saat masih muda.
Mau mudik ke Kapuas Hulu, atau milir ke Pontianak, mesti adalah keperluan sebagai alasan. Tidak mungkin hanya sekadar mau pergi tanpa keperluan.
Sementara itu waktu terus bergerak. Sebulan, setahun, atau beberapa tahun selanjutnya. Setelah itu dipanggil Allah.
Tetapi, begitulah. Perputaran waktu menjauhkan dari masa muda dan masa lalu, seterusnya mendekatkan pada masa depan. Kita akan meninggalkan kenangan lama, teman, kaum kerabat, dan semuanya.
Oleh karena itu mumpung masih kuat dan sanggup, munggkin milir ke Pontianak karena ada kegiatan, beliau berusaha mampir.
Tentu kami merasa sangat senang menerima kedatangan beliau. Kami bertuah mendapat kunjungan.
Bagi kami semua kunjungan ini mengingatkan kembali tentang asal dan kebersamaan. Tentang tali silaturahmi.
Dari sisi agama, kunjungan ini memanjangkan umur dan memurahkan rezeki. Alhamdulillah. Barakallah…(*)