in

Nikmat Ramadan di Perantauan

Oleh: Anggy Saskia*

Sedih jangan ditanya. Siapa yang tidak sedih kalau harus menjalani ibadah puasa jauh dari orang tua. Di bulan puasa dan berada jauh dari rumah membuat kita yang memegang titel sebagai “mahasiswa rantau”, menghuni kost– kita harus rela berpuasa seorang diri. Pekerjaan atau perkuliahan tidak bisa ditinggalkan.

Sepertinya tidak perlu ditanya bagaimana rasanya menjalani ibadah puasa di tanah perantauan. Tiada kata yang bisa menggambarkan keinginan untuk menjalani ibadah puasa bersama sanak saudara terkhusus sama kedua orang tua. Kalau dipikir-pikir lagi, memang sedih menjalani puasa jauh dari keluarga.

Saat berbuka puasa atau sahur di tanah rantau, kita perlu berpikir dan berusaha untuk berbuka puasa dan sahur, entah memasak atau membeli makanan di luar. Namun di balik itu semua anak rantau mendapat banyak pelajaran; seperti lebih bisa memanage diri sendiri. Manajemen adalah salah satu dasar yang harus dikuasai apalagi dengan kondisi kami yang sedang berada di tanah perantauan.

Manajemen finansial, sikap, perilaku, dan kesadaran diri untuk beribadah merupakan pembelajaran yang kita dapatkan saat di perantauan. Sebelumnya, kami tidak perlu khawatir mengenai keuangan atau pengeluaran karena pada bulan puasa di tempat tinggal sendiri. Tidak mengeluarkan uang untuk membeli kebutuhan untuk berbuka dan sahur.

Baca Juga:  HIPMI Berkunjung ke Kadin Qatar

Manajemen sikap dan perilaku juga harus ditingkatkan. Seperti yang dikatakan pepatah bahwa “di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”, kami pun harus menerapkan sikap tersebut di tanah perantauan. Budaya, kebiasaan, dan aturan yang berbeda dibandingkan dengan tanah kelahiran, mengharuskan kami untuk beradaptasi dengan cepat agar tercipta kondisi bermasyarakat yang ideal setidak-tidaknya di sekitar kost.

Terakhir manajemen kesadaran diri untuk beribadah. Hal ini harus diperhatikan pula dikarenakan tidak adanya orang tua yang mengingatkan, sehingga kesadaran untuk beribadah perlu ditingkatkan.

Berpuasa di luar zona nyaman (tanah kelahiran) memang akan terasa aneh dan canggung pada eksekusinya. Namun sesuatu yang perlu diingat adalah kita tidak sendiri di tanah perantauan. Kesamaan latar belakang sebagai anak rantau akan membangkitkan rasa solidaritas antara satu sama lain (teman sesama perantauan/teman kost).

Pelajaran dan hal yang perlu diperhatikan agar berpuasa dengan lancar di tanah perantauan (salah satunya) ialah dengan menganggap teman-teman (perantauan) yang lain sebagai keluarga, karena keluarga akan selalu mengingatkan, melindungi, dan menyayangi satu sama lain.

Baca Juga:  Rektor Minta Mahasiswa Pahami Lingkungan KKL

(*Mahasiswa Prodi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)IAIN Pontianak/Akademik Riset IAIN Pontianak).

Written by teraju.id

Rindu Ramadan

Penipuan QRIS di Kotak Amal Masjid, BI Berupaya Tingkatkan Edukasi