Oleh: Yusriadi
Pasir Putih Ketapang, benar-benar keren abis. Tak jemu-jemu memandang dan berada di sana. Saya ingin datang ke sana lagi, berlibur bersama keluarga.
Kunjungan ke lokasi wisata baru ini sebenarnya secara kebetulan saja. Tidak direncanakan. Bahkan, tidak ada dalam pikiran.
Hari itu, saat kegiatan Kampung Riset di Ketapang, Sidiq dkk… mengajak saya ke Pasir Putih.
“Ikut yuk Pak” katanya. “Kalau Bapak tidak ada kegiatan besok”.
“Nanti ada Pak Utut, Pak Fahmi… juga”. tambahnya.
“Ngajak benaran? Nanti saya malah ganggu kita’-kita’”.
Saya tidak menanggapi serius. Biasa, budak-budak itu memang banyak bergurau. Sakat-menyakat sudah jadi makanan hari-hari. Makanya, kalau mereka datang ke posko kami, ributnya….ruar biasa…
Soal Pasir Putih saya sudah ada bayangan sedikit. Pasir itu ada di selatan Ketapang. Arah Kendawangan. Saya dapat info dari Pak Nasir, tuan rumah tempat kami menginap selama kegiatan.
Tetapi kemudian saya merasa penting juga ikut. Pertama, saya memang ingin melihat Kendawangan. Salah satu titik di bagian selatan. Tempat yang belum pernah saya datangi.
Kedua, saya penasaran ingin melihat keberadaan perusahaan WHW. Perusahaan yang sempat menghebohkan Indonesia karena beberapa info viral mengenai pekerja dan keadaan perusahaan.
Alkisah, kelompok kami, kecuali Kiai Miskari, ikut dalam perjalanan ini. Rafi menjadi driver tunggal. Mulanya kami berjalan konvoi. Menyeberang Sungai Pawan, bergerak ke arah jalan Pelang, lurus hingga sampai tujuan.
Perkampungan lumayan padat kami lalui. Ciri perkampungan muslim terlihat. Masjid serta makam-makam penduduk. Satu dua perempuan terlihat bertutup kepala.
Beberapa titik tempat wisata pantai dilewati. Pantai-pantai sesekali terpentang di sisi kanan.
Jalan-jalan, kadang terlihat mulus. Kiri kanan pohon kelapa, pisang… Ada juga bagian-bagian kiri kanan seakan berpagar pinus. Saya minta anggota kelompok mengabadikannya lewat kamera.
Saat melewati perusahaan WHW, saya takjub. Dari ujung jalan terlihat menara tinggi. Semakin dekat semakin terlihat bangunan-bangunan tinggi berwarna biru. Pabrik. Kata orang, itulah tempat mengeringkan “tanah” sebelum dikirim. Terdapat juga beberapa bangunan seperti flat, dengan gantungan pakaian yang dijemur. Inilah asrama.
Di tengah jalan melintang sebuah jembatan. Jembatan inilah yang terlihat dalam video waktu itu. Pagar tinggi membatasi. Di pintu masuk kiri dan kanan terdapat petugas berjaga. Petugas ini pasti menyeleksi ketat orang-orang yang masuk, yang membuat perusahaan tidak bisa didatangi orang tanpa keperluan.
Di depan agar juga terlihat ada mesim ATM–sepertinya ada tiga. Mesin ini mewakili gambaran tentang ekonomi di sini.
Tidak lama kemudian kami sampai di perkampungan. Di sini ada jalan tanan merah ke arah kanan. Inilah lokasinya.
Gerbang masuk dengan tulisan lokasi wisata terpentang. Kawan-kawan bertanya-tanya, pakai tiket atau tidak…
Ternyata tidak. Kami bisa masuk ke lokasi dan memarkir kendaraan di tempat kosong.
“Subhanallah….” (Bersambung).