in

Penataan Kawasan Temajuk Batas Negara

Oleh: Ismail Ruslan dan Nunik Hasriyanti

Tulisan ini merupakan laporan perjalanan dalam rangka penelitian tentang Studi pola arahan tata ruang berbasis mitigasi bencana akibat kenaikan muka air laut pada kawasan pesisir Kalimantan Barat.

Kami mengunjungi dan bermalam di Desa Temajuk Kabupaten Sambas, ujung Borneo. Berkesempatan mewawancarai tokoh masyarakat dan pemilik Villa Atong Bahari di Dusun Mauludin, Temajuk. Ini adalah pertemuan kedua, pada tahun 2015 bersama Dr. Yusriadi (IAIN Pontianak) juga pernah mewawancarai beliau di Temajuk. Banyak informasi terbaru tentang Temajuk dan negara tetangga Malaysia.

Pemerintah sedang menata dan membangun wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia khususnya di Kalimantan Barat, dengan kemajuan hasil yang luar biasa. Jalan Antara Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di perbatasan sudah terhubung dan dapat dilalui kendaraan roda empat. Misalnya perbatasan Temajuk sudah terhubung dengan perbatasan Aruk Kabupaten Sambas, hanya butuh waktu 1-2 jam sudah tiba di Aruk melalui jalan perbatasan di Sungai Bening. Pembangunan ini dimulai sejak tahun 2015.

Pemerintah juga sudah membangun jalan lebar untuk menghubungkan antara PLBN Aruk dengan Perbatasan Jagoi Babang (Bengkayang), informasinya hanya butuh 1 jam waktu tempuh.

Namun jalan di Dusun Sempadan berbatasan langsung dengan Melano Malaysia, masih menggunakan jalan kampung, kecil, sempit dan berlubang. Tentunya berbeda dengan jalan di Melano Malaysia sungguh luar biasa. Mulai dari Pos Lintas Batas Negara (PLBN) hingga ujung pesisir Melano jalannya sudah diaspal dan rapi.

Terlepas dari kondisi itu, berita menggembirakan dari masyarakat akan dibangun jalan di wilayah ini hingga tahun 2023.

Terkait dengan isu mitigasi bencana, pada tahun 2020 di desa Temajuk pernah terjadi genangan air hujan dan merendam beberapa rumah milik warga karena berada di dataran rendah dan kurangnya saluran air.

Kondisi pantai di Dusun Camar Bulan (Temajuk) mirip yang terjadi di Desa Jawai Laut. Sejak tahun 1980 hingga saat ini telah kehilangan daratan hingga 50 meter. Ada dua pohon asam Jawa dahulunya berada di tengah saat ini sudah tumbang terkena abrasi air laut.

Dermaga di Camar Bulan yang dulu digunakan untuk aktivitas perdagangan barang sudah tidak digunakan lagi dan dibeberapa bagian rusak, berlubang dan terputus. Pengiriman sembilan kebutuhan pokok masyarakat melalui jalur darat.

Beberapa bangunan di pinggir pantai Camar Bulan yang dibangun sudah banyak yang rusak, dan tidak digunakan lagi.

Melihat perhatian pemerintah yang bergitu besar terhadap perbatasan di Kalimantan Barat, kami optimis masyarakat di ujung Borneo akan lebih maju dari berbagai sisi.

Written by teraju.id

Sandiwara Corona dan Pengajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi

Potret banjir di Sintang by PDAM Senentang

Banjir Besar Landa Kalbar, Para Pakar Dorong Pendekatan Struktural dan Kultural