Oleh: Kinasih Citra Arumi, S.Hut
Setiap awal pasti ada akhir…
seperti tiap perjumpaan yang pasti akan ada perpisahan menanti…
Setiap bunga pasti akan mekar…
seperti telur yang pasti akan menetas dan berkembang…
Semua memiliki kesempatan…untuk terbang dan mengepakkan sayap…
Rajawali meninggalkan sarangnya…itu sebuah pilihan…
Kemanakah akan dia kepakkan sayapnya ?
Apakah dia cukup kuat untuk terbang mencapai angkasa?
Terpaan hujan serta badai, tidakkah akan menggoncangkannya?
Semoga masih ada pohon yang tetap kokoh menyambutnya…
Menjadi tempat bersarang yang selalu menjaganya…
Ketika tiba saatnya sang pengelana melanjutkan langkahnya
meninggalkan tempat menimba ilmu…
semoga tetap diperolehnya jalan tanpa aral
serta alam yang selalu menjadi guru…
Perjalanan belum berakhir. Kelulusan adalah sebuah permulaan membuka jalan bagi kesempatan dan pilihan
Bagi setiap mahasiswa kelulusan adalah sesuatu yang ditunggu-tunggu. Mengakhiri masa studi yang telah dilaluinya.
Masa studi yang harus diselesaikan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan Program Sarjana secara umum berkisar antara 144-160 SKS, yang dirancang dapat diselesaikan dalam waktu 8 semester. Beban tersebut dalam pelaksanaanya dapat ditempuh dalam waktu kurang dari 8 semester dan paling lama 14 semester, seperti yang telah disebutkan dalam buku Panduan Akademik 2002-2003 Fakultas Kehutanan.
Mahasiswa tak lagi menjadi mahasiswa. Sang mahasiswa telah menjadi sarjana dan menjadi alumnus bagi almamaternya. Yang tetap harus berlanjut adalah semangat untuk terus berkarya dan memegang prinsip. Hasil dari prinsip pembelajaran adalah ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan adalah dasar dari setiap keberhasilan. Ilmu pengetahuan diibaratkan sebagai petunjuk dan pembimbing untuk meraih suatu keberhasilan. Tanpa ilmu pengetahuan, maka seseorang akan buta, dan tidak tahu mana jalan yang sebaiknya harus ditempuh. Sebagai seorang forester, harus tahu mana hutan yang ia tuju untuk kemudian ia bangun, kelola, manafatkan dan tentu saja lestarikan. Namun demikian bagaimana jika di hutan tak ada lagi ruang tersisa?
Kemanakah buah akan dicari jika pohonnya telah ditebang?
Idealnya jika kita adalah seorang koki maka ruang kerja kita tidak akan jauh-jauh dari dapur. Ilmu yang telah kita peroleh akan kita taburkan di lahan kita.
Apabila melihat dari kacamata manfaat, bahwa ilmu pengetahuan bertujuan agar segala sesuatu menjadi lebih efisien, lebih efektif dan lebih teratur, maka tidak hanya seberapa banyak ilmu pengetahuan yang kita miliki tetapi pada seberapa banyak anda memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk sesama (Agustian, ESQ ; 2001).
Jika berbicara mengenai idealisme, maka tidak akan ada hentinya kita ungkapkan tentang penciptaan imaginasi di dalam alam pikiran, padahal yang harus kita lakukan bukan sekedar di dalam pikiran saja tetapi juga penciptaan pada alam nyata. Apakah hanya bayangan dan pemikiran saja yang kita senangi?
Memang benar jika kita membutuhkan visi, akan tetapi untuk mendapatkannya harus kita kejar, karena langkah-langkah pengejaran itulah yang kita cetakkan untuk masa depan itu sendiri nantinya.
Untuk membangun visi diperlukan material-material yang digunakan sebagai pondasi, baik itu dari luar ataupun dari diri kita sendiri.
Informasi mengenai lapangan kerja bagi alumni merupakan salah satu unsur yang penting bagi para alumni, baik itu dalam bidang kehutanan maupun dunia kerja umumnya. Dengan informasi, kita dapat merencanakan serta menentukan target-target baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Salah satu usaha yang dilakukan oleh UGM adalah dengan menerbitkan buku Profil Alumni UGM setiap periode wisuda. Buku tersebut memuat data pribadi dan data akademik masing-masing 10 lulusan terbaik dari tiap-tiap Fakultas. Buku ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan atau instansi dalam mencari SDM yang berkualitas dan sesuai dengan yang diharapkan, sedang bagi alumni dengan prestasi yang didapat, dapat mempermudah akses untuk terjun dalam dunia kerja. Di samping itu kalangan industri dan dunia kerja banyak yang menawarkan lowongan pekerjaan bagi lulusan Fakultas Kehutanan. Beberapa perusahaan melakukan penjaringan dan seleksi bekerjasama dengan Fakultas Kehutanan UGM, akan tetapi banyak juga perusahaan yang melakukan sendiri.beberapa perusahaan yang menawarkan lowongan kerja tahun 2003/2004 antara lain (non kehutanan) PT. Konimex, PT. Kalbe Farma dan PT. Philip Morris serta sektor kehutanan, PT. Kusuma Perkasawana Indonesia dan PT Mustika Bahana Jaya. Di bidang perbankan ada PT. Anz Panin Bank, PT. BCA Tbk dan Permata Bank. Selain itu dari LSM ada WWF Indonesia dan LKPPM. Instansi pemerintah yang menawarkan lapangan kerja antara lain Departemen Kehutanan, Universitas Mataram, dan Universitas Lampung (Buku Memori Jabatan Wadek Kemahasiswaan, 2004).
Bagi mahasiswa yang telah terjun dalam organisasi baik di dalam maupun di luar kampus biasanya telah terbiasa dan lebih mudah dalam mencari akses yang dapat mendukungnya untuk terus berkarya. Akses, yaitu hubungan atau jaringan adalah suatu kolaborasi yang memmbuahkan sinergi dan menuntut kepercayaan. Namun, begitu banyak kolaborasi atau sinergi yang rapuh, atau sebaliknya “kuat” tetapi membawa kehancuran. Para koruptor atau illegal loggers juga berkolaborasi, dan sinergi mereka adalah membawa penyakit. Kepercayaan diantara mereka ada karena harta dan dunia dimana kedudukan begitu mempesona. Ilmu yang telah diperoleh tidak dapat membuat mereka “berpikir dua kali” sekiranya akan melakukan tindakan-tindakan tak bermoral.
Dalam sebuah wawancara dengan seorang bakal calon sarjana berinisial Pjl, mengkisahkan bahwa dalam mencari ilmu sangatlah kurang jika kita hanya bergantung dari perkuliahan dengan dosen di dalam kelas.
Ilmu itu sangatlah luas, ilmu berada di sekitar kita. Dan ilmu akan ada manfaatnya setelah menyentuh realita, bukan hanya teori.
Menurut Pjl setelah melihat fenomena akhir-akhir ini, sebagian besar mahasiswa yang telah mengikuti program magang merasa bahwa apa yang telah diperoleh dari perkuliahan dengan yang dilihat di lapangan ternyata berbeda jauh. Mereka menemukan banyak hal yang baru, dan pada beberapa kasus hal tersebut dapat menimbulkan kebimbangan dalam penentuan kariernya kemudian. Namun, tentu saja tetap banyak juga yang melihat hal tersebut sebagai suatu tantangan, untuk me-matching-kan antara yang dia pegang sebagai pedoman atau ilmu dalam teori dengan permasalahan yang ditemukan di lapangan. Program magang dapat menjadi ajang bagi mahasiswa mempersiapkan diri untuk dapat terjun dalam dunia kerja secara langsung, dimana dia dapat mempraktekkan ilmunya, yang pada awalnya adalah sebuah usaha dari mahasiswa sendiri. Baru kemudian pada tahun 1994, Fakultas Kehutanan bekerjasama dengan perusahaan atau instansi sektor kehutanan dan memberikan tawaran atau pilihan bagi mahasiswanya.
Masih menurut mahasiswa kehutanan yang juga berlatar belakang kesenian ini, memberikan gambaran jika sebagian besar mahasiswa baik yang masih kuliah maupun yang menjadi bakal calon wisuda tidak yakin dengan pekerjaan apa yang akan didapatnya besok. Akan tetapi jika kembali pada idealisme, maka menurutnya lagi hampir 100% mahasiswa kehutanan menginginkan dapat terus berkarya pada bidang yang kita cintai ini.
Akankah ilmu dan idealisme dapat meluruskan kita, ataukah moral dan suara hati yang kita dengarkan? Atau ada hal lain yang kita kejar…?
Pernah ada seorang kawan dari Pulau Dewata berkisah, tentang sahabatnya yang lupa akan jalan serta idealisme yang pernah ia teriakkan “ke atas” melawan sistem kala itu.
Apakah ia memang lupa, sengaja melupakan atau hanyalah sebuah “topeng” yang ia kenakan selama itu? Dengan berbicara mewakili masyarakat, yang waktu itu membutuhkan orang untuk membantu “mengeraskan suara”, mengharapkan keadilan dari sebuah sistem membelenggu dan memarginalkan mereka. Dari sebuah LSM, ia dapat bersuara lantang, yang kemudian dapat menjadi wakil dari mereka untuk duduk “di atas”. Namun ketika ia telah masuk dalam sistem, dan ternyata sistem tersebut lebih kuat dari idealismenya, ia tidak dapat berbuat apa-apa. Seorang kawan yang pernah berjuang menyelesaikan konflik antara masyarakat enklave dengan pemerintah di TN. Bali Barat, telah menjadi korban dari sebuah sistem, yang menurutnya lebih menyenangkan untuk masuk dalam sistem serta ikut berputar, dan kemudian “berhenti berteriak”. Itulah “lingkaran setan” yang lebih mengerikan daripada penampakan.
Meskipun demikian kita tidak boleh berhenti bergerak, semuanya adalah suatu proses. Apakah akan tetap menjadi seorang rimbawan dengan Corsa Rimbawan-nya, ataukah menjadi manusia yang intinya adalah terus berusaha dan mengingat-Nya, kembali pada material yang kita kumpulkan untuk membangun diri, hati serta pikiran tanpa pernah berhenti. Karena manusia boleh berencana, tetapi Tuhan berkehendak.
I have a home, longing to roam
I have to find you, I have to meet you
Sanctum your face, slowing your pace
I need your guidance, I need to seek my Innervision
(C-trax, dari berbagai sumber )