Oleh: Bob Andrian*
Bulan Ramadan merupakan bulan suci. Bagi sorang muslim bulan ini sangatlah istimewa. Karena keistimewaannya bulan ini, tidak sedikit ummat muslim yang bergembira dengan datangnya bulan penuh rahmat ini. Di antara rahmat yang besar itu ialah dijadikannya bulan ini, merupakan waktu yang tepat untuk meningkatkan connectivitas spiritual dengan Allah SWT.
Sebagai manusia, sudah menjadi fitrahnya bahwa diciptakanya manuisa itu ialah “makhluk komunikasi”, yang mana dalam pandangan komunikasi bahawa manusia itu tidak akan bisa hidup tanpa berinteraksi dengan manusia lainnya, bahkan dengan Tuhannya. Konsep seperti ini bisa ditemukan dalam isyarat Al-Qur’an mislanya dalam QS. Al-Hujarat 13:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Manusia (dalam Istilah Nas, yaitu manusia secara sosial) itu ada saja dimulai dari interaksi antara manusia (laki) dengan manuisa lainnya (perempuan), lalu dijelaskan lagi maksudnya dilahirkan dengan keterangan ialah untuk ta’aruf (saling berkomunikasi untuk mengenal). Kemudian ditegaskan bahwa dalam pandangan Allah SWT manusia yang “terbaik” itu ialah manusia yang memenuhi syarat ketakwaan.
Dari isyarat ayat di atas, bisa kite ambil pesan yang tersirat di dalamnya, di antaranya ialah bulan Ramadan merupakan bulan yang di dalamnya diperintahkan manusia yang beriman untuk menjadi orang yang bertakwa dengan melaksanakan ibadah puasa, seperti disebutkan dalam QS. Al-baqarah: 183. Tetapi tidak sebatas itu ternyata, melainkan isyarat yang bisa dimaknai ialah bulan Ramadan merupakan bulan untuk meningkatkan connectivitas ketaqwaan seorang hamba.
Lalu, apa itu connectivitas ketaqwaan? Makna sederhana dari Connectivtas Ketakwaan ialah meningkatnya nilai-nilai taqwa dari setiap orang yang beriman. Seperti, meningkatnya Connectivitas Spritual dan Meningkatnya Conncetivitas Sosial. Inplementasi dari nilai takwa dalam meningkatkan Connectivitas Spritual, dimana orang beriman diperintahkan untuk meningkatkan kualitas ibadahanya, seperti salat fadhu, dan Sunnah, perbanyak do’a, istighfar, membaca Alquran, thalibul ilmu, dll. Adapun impelemtasi dari nilai takwa dalam meningkatkan connectivitas sosial orang beriman diperintahkan untuk ikut merasakan bagaimana rasanya laparnya orang fakir miskin, meningkatkan kesadaran untuk berbagi melalui zakat, infaq, dan sadaqah, serta mempererat silaturahim antar sesama.
Jadi bisa dipahami bahwa, di bulan Ramadan ini jika dipraktekkan dengan benar sesuai apa yang diperintahkan oleh Allah dan rasul-Nya, maka akan memiliki relasi dengan meningkatnya Conectivitas Ketakwaan kita selaku manusia yang mengaku beriman. Namun jika malah tidak ada peningkatan connectivitas ketakwaan kita maka perlu dikoreksi lagi apakah puasa kita sudah dilakukan dengan benar apa tidak. Semoga kita semua dapat meraih keberkahan dan kebahagiaan di bulan suci Ramadan ini. Amin. (*Dosen Prodi Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Pontianak/Akademi Riset LP2M IAIN Pontianak)