in

Semua Isu Publik adalah Isu Masjid!

Walau tidak sampai ribuan reacts, tetapi tulisan tentang stunting cukup mendapat tanggapan beragam dari follower sayap baru, yaitu follower sayap pemerhati gizi. Setelah sekian tulisan hanya membahas tentang manajemen masjid dan filantropi secara langsung.

Ada komentar menarik dari sekian komentar yang saya temukan. Seorang ibu pemerhati gizi berterima kasih atas dibahasnya isu stunting ini. Yang menarik adalah awalan komentar sang ibu, “ada tokoh agama membahas isu stunting, terima kasih.”

Atas komentar tersebut saya juga ucapkan terima kasih. Namun sebenarnya inilah masalah masjid hari ini, inilah masalah gerakan dakwah hari ini, kita sama-sama mengisolasi diri pada ruang-ruang eksklusif, sehingga kita mulai memisah-misahkan tanggung jawab isu.

Kalo ini isunya masjid, kalo yang yang ini isunya lembaga kemanusiaan. Ini isunya pemerhati gizi, kalo yang itu isunya aktivis dakwah. Akhirnya yang dibangun adalah tembok, bukan jembatan. Kita terjebak dalam ruang-ruang sempit. Kita lemah dalam kolaborasi.

***

Sedari awal Islam hadir belasan abad yang lalu, sifat dari ajaran ini adalah mencerahkan manusia. Lebih tepatnya memberikan jalan keluar bagi gelapnya situasi hidup manusia. Di sanalah gerak dakwah Nabiullah Muhammad Shallallahu’alaihi wassalam diterima.

Nabi Muhammad mengajarkan tentang hari akhir, tapi di saat yang sama juga membangun pasar wakaf, mendidik kaum muslimin berdagang dengan benar. Merapikan akad muamalah antar sesama.

Nabi mengajarkan tentang perkara ghaib, tapi di saat yang sama juga melakukan stabilisasi atas supply pangan madinah. Memastikan mobilisasi para saudagar ke utara dan selatan madinah, memastikan tidak ada penimbunan bahan pangan, dan menjaga stabilitas produktifitas lahan kebun Madinah.

Nabi mengajarkan tentang pahala dan dosa, tetapi disaat yang sama juga menanamkan kaidah geopolitik ke dalam fikiran sahabat, ayat awal di surah Ar Ruum adalah wawasan geopolitik Islam, akan pertarungan supremasi antara Romawi dan Persia, yang di install Nabi kedalam fikiran sahabat, agar melek politik, dan mengerti situasi politik kawasan.

Itulah Islam sebagai diin, yang hadir bukan hanya sebatas dinding masjid. Ia hadir untuk memberikan jalan keluar dari deadlocknya fikiran ummat.

Jazirah Arab belasan abad yang lalu ya deadlock. Bangsa tertinggal yang hidup di gurun tanpa sumber daya alam. Tidak masuk dalam perhitungan percaturan glob Romawi dan Persia, tetapi keluar sebagai pemimpin kawasan di kemudian hari.

***

Ide besar dari ajaran Islam adalah kebertanggungjawaban. Maka anak yatim dan faqir miskin yang gak bisa makan di ekosistem kaum muslimin, mendapatkan sebutan pendusta agama oleh Allah azza wa jalla. Dalam istilah bahasa disebut sebagai “Mas’uliyah”.

Hari ini negeri ini sedang dilanda angka stunting yang cukup serius. Ada yang akut, setengah akut, ada yang biasa saja, tetapi kesimpulan garisnya sama: KURANG GIZI.

Maka kurangnya gizi ummat ini adalah tanggung jawab para da’i. Ia berarti adalah tanggung jawab masjid sebagai entitas terdekat ke masyarakat. Ia bukan isu eksklusif para pemerhati gizi saja.

Begitu juga ketika negara defisit anggaran. Selalu berhutang untuk nutup belanja negara. Maka aktivis dakwah juga punya tanggung jawab kasih masukan, kalo perlu turun fight ikut kelola negara, supaya gak defisit terus. Hehehe…

Begitu juga ketika lingkungan banjir. Perluasan selokan, perbaikan jalur air, perhatian atas daerah resapan, itu juga tanggung jawab para Da’i.

Program masjid harus masuk pada wakaf kanal air untuk atasi banjir warga. Wakaf bendungan sementara untuk tampung debit air hujan. Wakaf area hijau yang khusus untuk ditanami, tidak boleh dibangun apa-apa. Fikiran kami sebagai aktivis dakwah harus kesitu.

Begitu juga ketika ada isu maraknya kawasan prostitusi, merebaknya gejala el ji bi te, itu juga tanggung jawab masjid. Ketika ada gerak menutup prostitusi, bagaimana masjid memberikan solusi pada opsi pekerjaan alternatif pada saudari-saudari yang kena penutupan. Itu juga isu masjid, itu juga tanggung jawab da’i, bukan hanya tanggung jawab Pemda.

***

Semesta fikiran kita terhadap Islam, terhadap Masjid, terhadap proses dakwah, harus berani diluaskan. Karena hari ini kita lari dari mas’uliyah kepengasuhan ummat. Banyak isu yang kita sudah gak urus lagi, kita anggap urusan kita sebatas pagar masjid.

Di Masjid BerkahBOX, dapur umum menjawab gizi masyarakat. Sarana olah raga menjawab tantangan narkoba di anak muda, maka dari itu disediakan sarana olah raga, agar ada aktivitas positif di anak muda. Disediakan ruang terbuka yang cukup, agar anak muda negeri ini tidak terkungkung di pojokan sambil nyabu atau nyimenk. Ini semua tanggung jawab masjid.

Kita harus berani meluaskan cara berfikir ini. Maka kedepan, semua isu permasalahan publik adalah isu masjid. Titik. Itu batas semestanya.

Ustadz Rendy Saputra

Written by teraju

Sinyal Anda Akan Kaya

Gubernur Dorong Perempuan Melayu Terlibat Aktif dalam Pembangunan