in

Tentang Cinta

Oleh: Yusriadi

Cinta. Ah, lama saya tidak menulis tentang ini. Hari ini, tiba-tiba saya ingin menulis tentang keladi merah jambu itu.
Ihwalnya, di ruang rawat di rumah sakit di Pontianak, saya terpantau lelaki tua mendampingi istrinya yang sedang terbaring sakit. Nenek jatuh, patah tulang dan tak berdaya. Bednya bersebelahan dengan Mae yang juga sedang dirawat.

Sang kakek, demikian tepatnya, menjaga dan melayani sang nenek dengan luar biasa. Kakek dengan sabar membantu nenek yang sesekali terdengar merintih sakit, meminta atau mau ini itu. Sesekali terdengar suara kakek dari balik tirai, “Sabar…”

Padahal, saya lihat kakek itu berjalan saja sudah susah. Nelongso melihat mereka.

Menjaga dan mendampingi orang sakit bukan hal mudah…fisik mental. Saya dan kami mengalaminya.

Kakek menjalani dengan kuat. Ketika beberapa kali berpapasan dan berserempak dengan beliau, senyum ramahnya terlihat. Percakapan pendek kami terjadi. Kalau bukan satu ruangan, pasti tak akan nampak kalau beliau sedang punya jagaan. Wajahnya begitu tenang.

Lalu saya ingat beberapa hari lalu, sepasang sosok tua sedang menunggu anaknya yang koma. Mereka sudah “tinggal” di ruang tunggu, melayani kebutuhan administrasi dan obat anaknya selama 15 hari. Turun naik tangga membawa barang dan badan yang sudah nampak susut; tidur di ruang terbuka beralas tikar plastik tipis; dan makan yang tak teratur dimasak ala warung. Pasti lelahnya tak terkira.

Seharusnya, mereka sudah diurus, bukan mengurus. Usai segitu saatnya untuk istirahat. Sumpah, yang ini lebih bikin nelongso. Tetapi, ya…begitulah. Mereka menjalani dengan ikhlas. Ikhtiar dan pasrah berdua, berharap anaknya segera sadar. Saat panggilan dari ruang perawatan terdengar mereka terlihat “bercahaya” karena berharap kabar baik tentang anaknya itu.

Perhatian luar biasa mereka terhadap orang yang dicintai, memberi pelajaran tentang kehidupan. Apa yang mereka lakukan juga menjadi inspirasi bagi saya tentang keluarga dan hari esok. Allahu Akbar. (*)

Written by Yusriadi

Redaktur pada media online teraju.id dan dosen IAIN Pontianak. Direktur Rumah Literasi FUAD IAIN Pontianak. Lulusan Program Doktoral ATMA Universiti Kebangsaan Malaysia, pada bidang etnolinguistik.

Penyuluh Agama Islam Ikut Sukseskan MTQ VIII Bengkayang

raja anak sultan

Raja, Anak Sultan yang Jadi “Resepsionis” Masjid