in ,

Tidak Ada Masalah Gus Dur dengan Amien Rais

20 Tahun Pemakzulan Gus Dur

teraju.id, YT— Saya cukup tertarik menyimak program Scangkir Opini. Program besutan Refly Harun yang agaknya menduplikasi ILC— meski skala pahe demi menyiasati pandemi.

Setelah gugurnya ILC, nyaris tidak ada lagi acara di televisi mainstream yang mengangkat suatu peristiwa secara menyeluruh, bermutu dengan durasi yang panjaaang.

Kali ini, topik yang diangkat cukup menarik: Pemakzulan Gus Dur. Nyaris banyak hal samar terkuak di balik kejatuhan Gus Dur, 20 tahun silam.

Selama ini, kita hanya melihat masakan yang terhidang, pada talkshow tersebut kita disuguhkan riuhnya dapur politik pada masa tersebut. Merangkai puzzle yang terserak.

Tentu bila titel yang diangkat, “Siapa Dalang di Balik Kejatuhan Gus Dur?” Berita yang hingga kini masyhur, tentu Amien Rais, selaku Ketua MPR, tokoh kuncinya. Megawati? Hubungan mereka berdua, Gus Dur-Megawati, seolah benci tapi rindu, Eep coba menggambarkan hubungan tokoh sentral reformasi tersebut.

Ingatan saya melayang, saya sedikit di antara yang tidak percaya bahwa Amien Rais merupakan kunci dalam kejatuhan Gus Dur. “Tidak ada determinan dalam suatu peristiwa politik,” tegas Eep, pengamat politik yang mengikuti detik-detik pemakzulan Gus Dur, saat libur perkuliahannya di Amerika.

Baca Juga:  Apakah Bahasa Indonesia-Melayu, Bahasa Internasional?

Adhie memberi analogi menarik, Amien Rais seperti Kebo Ijo, diframing membunuh Tunggul Ametung menggunakan keris Mpu Gandring.

Alkisah, sebelum Ken Arok membunuh Tunggul Ametung, keris ini dipinjamkan kepada Kebo Ijo yang tertarik dengan keris itu dan selalu dibawa-bawanya ke mana mana untuk menarik perhatian umum. Peminjaman keris itu adalah siasat Ken Arok agar nanti yang dituduh oleh publik Tumapel sebagai pembunuh adalah Kebo Ijo. Siasatnya berhasil dan hampir seluruh publik Tumapel termasuk beberapa pejabat percaya bahwa Kebo Ijo adalah tersangka pembunuhan Tunggul Ametung.

Ya, saya sedikit membumbui common sense, untuk apa Amien Rais menjatuhkan Gus Dur, kalau dia sendiri sebelumnya memiliki peluang yang sangat besar menjadi Presiden, namun memberinya pada Gus Dur — demi keutuhan NU-Muhammadiyah. Saya sendiri pernah mengetahui hal serupa melalui tulisan Cak Nun di Kitab Ketentraman.

YouTube player

Sependek ingatan saya, pada zaman Gus Dur, dunia politik begitu hingar bingar. Ini terkonfirmasi lewat pernyataan juru bicara Gus Dur, Adhie Massardi: pemerintahan kuat, tapi presiden lemah. “Mengapa tidak diingatkan kami,” Bachtiar Chamsah mengenang masa lalu, “kalo diingatkan kami diam.” Gus Dur menjawab, “Biarkan saja… DPR kan baru sekarang bisa ngomong. jangan ditekan lagi.”

Baca Juga:  Muhajirin Yanis: Puasa Dapat Tingkatkan Produktivitas Kinerja

Pada paparan Rizal Ramli, saya baru ngeh, bahwa di jaman Gus Durlah, angka kemiskinan berkurang 10 juta dalam 2 tahun, kenaikan 3x gaji PNS, mengangkat perekonomian 7 %/tahun dan rasio gini mengecil. Sungguh capaian ini menguap dalam ingatan saya, disapu gelombang riuhnya polemik pola komunikasi Gus Dur.

Saya melihat bahwa tanpa adanya bargaining politik dan ekonomi yang kuat di parlemen dan oligarki. Justru kabinet Gus Dur terpacu untuk bekerja lebih keras, tanpa ada titipan kepentingan. Kinerja semata yang ditata, abai tahta. Selamat Gus, anda telah membuka pintu demokrasi yang kini beranjak menggelap…

Written by Yaser Ace

propertipreneur | digitalpreneur | kulinerian

Arafah Bersamamu

BNPT Selenggarakan Ngobrol tentang Perempuan Teladan, Optimis dan Produktif