in

Tonel, Kata dan Makna yang Lama Tak Terdengar

Oleh: Farninda Aditya

“Oh Tonel. Jaman duluk orang nyebutnye Tonel”.

Mak menyambut cerita tentang Paman pada tahun 60-an bermain peran. Seni pertunjukan itu Paman mainkan untuk acara halal bihalal kampung. Paman berperan sebagai orang yang bercita-cita bisa naik haji. Pemeran lain, bercita-cita menjadi saudagar.

Mereka pentas di depan Sekolah Rakyat yang ada di kampung. Paman bercerita, bahwa orang kampung berdatangan untuk menonton dan mendengar musik dari permainan seni pertunjukan itu. Endek Jonet nama yang menuliskan naskah, ia dapat juga dianggap sebagai sutradara dalam pertunjukan itu. Tak cuma itu, pemilik selera seni tinggi ini juga bermain musik untuk pementasan.

Mendengar kisah itu, Mak merespon dengan mengeluarkan kata “Tonel”. Asing mendengarnya, saya pun bertanya lagi.

“Apa tadi?” untuk mendapatkan kata Tonel disebutkan, saya tanya ulang.

“Orang dolok nyebutnye Tonel. Maen sandiwara tu, Tonel dolok kamek nyebot e”. Emak bilang bahwa orang dulu, mereka, menyebutnya Tonel. Orang kampung pun menggunakan kata Tonel.

Saya tanya lagi, dari mana asal kata Tonel atau siapa yang mengenalkan kata Tonel pada masyarakat di kampung kami. Mak tak bisa memberikan penjelasan. Emak hanya bilang, “Ya, orang dulu menyebutnya Tonel.”

Baca Juga:  Hut Kembar Jur-Sastra Laksana Mutiara

Selesai becerita tentang seni pertunjukan di kampung, saya pun mencari kata dan makna Tonel. Dari beberapa tulisan ditemukan, judul berita “Seni Tradisi Tonil yang hampir Punah Diwariskan”. Dituliskan, seni tersebut diwariskan sebagai seni tradisional, Tonil berasal dari Kabupaten Purwakarta. Dalam kutipanya, kepala Disbarbud Jawa Barat pada tahun 2013 menjelaskan bahwa Tonil berasal dari Bahasa Belanda, yakni Toneel yang berarti Sandiwara.

Seorang mahasiswa dari Prodi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga Tahun 2016 menulis skripsi tentang Tonel. Membaca skripsi tersebut menimbulkan ekspresi yang berbeda. Perkiraan awal kata Tonel berkaitan dengan Bahasa Belanda, namun dalam skripsi berjudul Etnis Tionghoa dalam Seni Pertunjukan Tooneel pada tahun 1900-1942 membahas peran etnis Tionghoa. Pada skripsi tersebut terdapat Daftar Istilah Makna, Tooneel adalah Seni Pertunjukan Teater yang berasal dari Belanda.

Pada berita tahun 2019, berjudul “Toonel Hikajat Senjoebok Sukses Hibur Masyarakat Belitung Timur”, menunjukan penulisan berbeda dari judul berita sebelumnya, yakni Toonel. Pada berita tahun 2013, ditulis Tonil , pada tahun 2016, dalam tulisan skripsi Tooneel.

Baca Juga:  Merindukan Tradisi di Bulan Ramadan

Kata Tonil adalah kata baku yang telah tercantum dalam KBBI bermakna Sandiwara, sedangkan asal kata berasal dari bahasa Belanda yakni Tooneel, dan secara lafal sebagai penutur asli masyarakat Melayu kata tersebut dibaca Tonel.

Tampaknya pada tahun 60-an, permainan seni peran menjadi hiburan yang andil bagi masyarakat, termasuk Layar Tancap dan Mendu yang kerap diceritakannya. Berbeda dengan Tonel, Mendu memiliki pemain sendiri, bukan diperankan oleh masyarakat setempat. Cerita Mendu juga menyambung, satu cerita bisa habis sebulan. Berbeda dengan Tonel yang dapat dimainkan oleh masyarakat setempat dan ceritanya berbeda-beda karenanya seni ini disebut dengan Tonel atau Betonel.

Orang Mengkacak, Orang Benteng, Orang Malikian, dan Orang Semudon yang bermain Mendu kala itu.

“Orang tua dulu, yang paling suka cerita Mendu. Sampai habis, mereka duduk paling depan. Ceritanya pun dalam satu malam tak langsung habis, bisa berminggu-minggu baru selesai ceritanya. Selesai baru berganti kisah lain. Kalau Tonel, cerita langsung habis, Mendu ade pemaennye sorang,” kenang Emak menyoal Mendu.

Baca Juga:  Pabali Musa Pimpin Kembali Muhammadiyah Kalbar

Berjalan konon, muda bestari
Berjalanlah menuju
Berjalan menuju
Di padang duri

Emak melantunkan salah satu lirik Mendu yang masih diingatnya.

(*Penulis adalah Dosen IAIN Pontianak)

Written by teraju.id

Jurus Mabuk

Sekolah Diliburkan, Kegiatan KKL-DR Sambas 4 Difokuskan ke Penelitian