Di sebuah sekolah, ada anak bernama Indonesia. Berapa uang jajannya? Hanya 3.800. Berapa uang jajan teman-temannya? Silahkan lihat tabel. Siapa anak paling kaya di sekolah ini? Apakah anak bernama Indonesia?
Tapi kan, keluarga Indonesia itu anaknya banyak. Wajar uang jajannya kecil. Tidak juga sih. Amerika anaknya lebih banyak, uang jajannya bisa 60.000. China, juga super banyak, uang jajannya 10.000 lebih (tidak ada di tabel, kalau mau ditampilkan semua penuh nanti tabelnya).
Sejatinya, anak bernama Indonesia ini miskin di antara tetangganya. Malaysia? Uang jajannya 11.300, Thailand? uang jajannya 7.200. Oh, iya, Timor Leste hanya 1.500 ding. Juga kayak si Somalia, Rwanda, Uganda, Kongo. Kecil uang jajannya. Kalau dibanding anak-anak ini, Indonesia jelas lebih kaya.
Apakah anak bernama Indonesia ini setara dengan Amerika? Perancis? Jepang? Jerman, dkk? Tidaklah. Jangan halu. Uang jajan anak-anak ini berkali lipat semua. Tapi tentu silahkan saja jika anak bernama Indonesia ini mau halu, merasa tajir, kaya, maju, setara dengan yang lain.
Pahamilah ilustrasi uang jajan ini. Itu adalah pendapatan per kapita dalam dolar. Jika dirupiahkan, maka pendapatan penduduk Indonesia setahun hanya 60 juta. Dan ssst, itu rata-rata. Tahu artinya rata-rata? Karena 20% orang kaya di Indonesia menguasai 80% penghasilan, maka sebenarnya rakyat Indonesia, secara real, pendapatan per bulannya hanya 2-3 juta saja. Alias 20-30 juta per tahun. Horee! Akhirnya setara dengan Timor Lester deh.
Hari-hari ini, kalian mungkin termasuk yang merasa Indonesia ini keren. Tapi itu ilusi, my friend. Negara-negara maju lain tentu senang banget bekerjasama dengan Indonesia. Memuji-muji Indonesia. Kenapa? Karena eh karena, 270 juta penduduknya itu adalah pasar. Uang jajannya memang dikit, tapi bisa kasbon kan?
(Tere Liye, Akuntan dan penulis novel ‘Negeri Para Bedebah’)
