in

Warisan yang Putus pada Tumbuhan yang Tak Bernama


Oleh: Yusriadi

Banyak tumbuhan hidup di sekitar kita. Setiap hari bisa dilihat. Bahkan, setiap hari tersentuh. Kadang-kadang kita gunakan mereka.

Tetapi, seringkali kita tidak mengetahui namanya. Kita hanya mengenal nama umum saja.

Kami –saya dan teman-teman, sering menggunakan tumbuhan sebagai alat untuk mendapatkan data bahasa. Caranya, tunjuk satu tanaman dan tanya, “Tanaman ini apa namanya?” “Tanaman ini, kalau di sini, namanya apa?”

Informan akan menyebutkan nama lokal. Mereka akan mengucapkan bunyi tertentu. Jika beda atau sama, akan langsung diperoleh.

Peneliti bahasa akan sangat terbantu mendapatkan data dengan cara ini. Hanya, saja terbatas untuk jenis tanaman buah lokal. Tetapi, kalau menggunakan tanaman bukan buah, misalnya rumput atau tumbuhan kayu biasa, sering juga kurang berhasil. Kalau informan ditanya nama rumput, paling satu dua saja ada nama khusus. Selebihnya, ” Tak tahu”. “Apa ya? Lupa”.

Kalangan anak muda paling sering dijumpai menjawab seperti itu. Mereka betul-betul tidak tahu dan tidak diperkenalkan nama tumbuhan. Apa lagi makin ke sini, kehidupan semakin jauh dari tanaman, dari ladang-kebun.

Kala menulis ini saya ingat dahulu saat berladang. Kala mabau, mencabut rumput yang tumbuh di sela padi, nama-nama rumput diperkenalkan. Beberapa di antaranya lengkap dengan fungsi, khasiat, dan bahayanya. Lebih dari selusin. Mulai rumput laut, nyabu’ alan, jarum, mprengat, mmuntin, nilau, hingga ilung dan semibit.

Kini, pengetahuan bahasa dan botani, yang saya peroleh dari orang tua, sebagian terputus. Anak saya tidak mewarisinya. Tidak ada ladang lagi untuk memperlihatkan jenis-jenis itu.

Sementara rumput yang tumbuh di sekitar rumah kami sekarang berbeda, sebagiannya berbeda. Tidak ada (belum ketemu orang yang tahu) sebagian dari nama rumput yang berbeda itu. Mungkin perlu nama baru, yang dipinjam dari bahasa lain agar bernama. Seperti orang-orang kini memberi nama jenis keladi dan ikan cupang dengan nama dari bahasa Inggris. Agaknya. (*)

Written by Yusriadi

Redaktur pada media online teraju.id dan dosen IAIN Pontianak. Direktur Rumah Literasi FUAD IAIN Pontianak. Lulusan Program Doktoral ATMA Universiti Kebangsaan Malaysia, pada bidang etnolinguistik.

Ekonomi Orang Bugis di Pulau Kabung Bengkayang

Islam di Pulau Kabung